RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), menegaskan bahwa lulusan perguruan tinggi dihadapkan pada dua tantangan besar setelah menyelesaikan pendidikannya, yakni mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, di tengah kondisi ketenagakerjaan nasional yang belum membaik, JK menyarankan agar alternatif utama yang harus ditempuh adalah menciptakan lapangan kerja.
“Saat ini mencari pekerjaan itu sulit. Maka alternatif utamanya adalah menciptakan pekerjaan—membuka usaha, menjadi wirausaha kecil, mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, dan lainnya,” ujar JK kepada wartawan usai menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Tahun Akademik 2024–2025 di Baruga Andi Pangeran Pettarani, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (30/5/2025).
Baca Juga : Unhas Kukuhkan 877 Wisudawan Periode Juni 2025, Ini Daftar Lulusan Terbaik dari Berbagai Jenjang
Selain mendorong penciptaan lapangan kerja, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut juga mengimbau para alumni perguruan tinggi untuk kembali ke kampung halaman dan turut membangun desa.
“Kembali ke daerah, majukan daerah. Jangan semua berkumpul di kota, itu susah,” tegasnya.
JK menambahkan, kualitas pendidikan di perguruan tinggi Indonesia kini sudah semakin baik. Namun, lulusan harus siap menghadapi tantangan nyata di dunia kerja. “Sekolahnya baik, tapi dunia nyatanya sulit,” imbuhnya.
Baca Juga : Bicara di Depan Jusuf Kalla, Febriany Eddy Jelaskan Cara PT Vale Terapkan Prinsip ESG
Sebagai catatan, kondisi ketenagakerjaan Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini terlihat dari membludaknya peserta job fair di Bekasi sepekan lalu, yang diserbu belasan ribu pencari kerja.
JK juga menyinggung keterkaitan antara pengangguran dan meningkatnya premanisme. Menurutnya, banyak orang yang menjadi preman karena tidak memiliki pekerjaan, tetapi tetap ingin bertahan hidup.
“Kenapa jadi preman? Karena hampir semua berawal dari tidak ada pekerjaan. Mereka menganggur, tapi tetap ingin hidup, jadi memilih jalan pintas menjadi preman,” jelas JK.
Baca Juga : Bersama Jusuf Kalla, Taufan Pawe Hadiri Salat Jenazah Mantan Gubernur Sulsel Amin Syam
Oleh karena itu, JK mengingatkan agar penanganan premanisme tidak semata-mata dilakukan dengan pendekatan hukum, melainkan juga dengan menyediakan solusi jangka panjang melalui penciptaan lapangan kerja.
“Jangan hanya lihat premannya, tapi cari tahu kenapa orang menjadi preman. Jangan hanya dihukum, tapi carikan solusi agar mereka tetap bisa bekerja,” pungkasnya.