RAKYATKU.COM, NDUGA - Pesawat Susi Air Pilatus Porter P-4/PK-BVY dikabarkan dibakar di Lapangan Terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, Selasa (7/2/2023) pagi.
Managing Director Susi Air, Nadine Kaiser, menyebut pesawat telah mendarat dengan aman. Lalu, 2,5 jam kemudian ELT pesawat atau pemancar sinyal darurat aktif. "Dan confirmed pesawat dibakar," ucap Nadine.
Pesawat yang dipiloti Captain Philip Merthens itu membawa lima penumpang dan barang bawaan dengan total muatan 452 kilogram.
Baca Juga : Susi Pudjiastuti Apresiasi Kebijakan Gubernur Sulsel Soal Pemberian Subsidi Penerbangan
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua, Kombes Faizal Rahmadani, mengatakan kepolisian belum mendapatkan informasi pasti terkait pesawat berbadan kecil ini dibakar atau terbakar.
"Iya, benar pesawat Susi Air ada kejadian. Belum diketahui dibakar atau terbakar akibat kecelakaan," kata Kombes Faizal.
Pesawat dilaporkan terbang dari Bandara Moses Kilangin Timika dengan rute Paro dan kembali lagi ke Timika. Pesawat mendarat di Lapangan Terbang Paro pada pukul 06.17 WIT.
Baca Juga : Pemkab Lutra Sambut Positif Penerbangan Perintis Susi Air, Dorong Progres BISA Smart City
Sementara, kuasa hukum Susi Air, Donal Fariz, menyatakan sampai saat ini maskapai belum mengetahui secara pasti lokasi pilot dan penumpang.
"Kami menelusuri keberadaan pilot yang sampai jam ini belum bisa dipastikan lokasinya secara tepat, termasuk para penumpang yang menaiki pesawat," kata Donal.
Susi Air tengah berkoordinasi dan pihak otoritas terkait untuk mempercepat pengusutan dan penanganan peristiwa kebakaran pesawat tersebut.
Baca Juga : Disparbud Selayar Optimistis Jumlah Wisatawan Meningkat dengan Terbangnya Susi Air
Donal mengatakan, Susi Air juga mengecek dugaan sabotase dari pihak tertentu terhadap pesawat.
"Kami berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk membantu mempercepat proses mengetahui kejadian tersebut, keberadaan pilot, dan kejadian yang terjadi pagi ini," ucapnya. Dia berharap keberadaan pilot dan penumpang bisa segera dipastikan.
Sumber: Bumi Papua, CNN Indonesia