GOWA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan terjadi kemarau panjang di wilayah Indonesia. Hal ini juga diprediksi akan berpengaruh pada produksi pertanian dan ketersediaan pangan, khususnya di Kabupaten Gowa.
Mengantisipasi hal tersebut, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan meminta jajarannya, khususnya pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait melakukan langkah antisipasi. Seperti, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan Perkebunan, Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
“Saat ini 54,69 % daerah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Tentu ini akan berdampak pada produktifitas pertanian dan perkebunan dan lainnya mengalami penurunan, terutama wilayah pertanian yang mengandalkan tanah hujan,” ungkap Adnan saat memimpin Coffee Morning bersama jajarannya, Senin (1/8).
Baca Juga : Adnan Dapat Izin Pj Gubernur untuk Cuti Kampanye di Pilkada Gowa
Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut, kata Adnan, adalah memaksimalkan lahan-lahan produktif yang ada di Kabupaten Gowa. Lahan-lahan yang yang memiliki sistem irigasi yang baik harus didorong agar bisa berproduksi tiga kali dalam setahun.
“Lahan-lahan yang memilki produktifitas baik dijaga kalau perlu tambah subsidi, pupuk, atau bibit. Sawah-sawah yang teraliri air harus bisa didorong untuk produksi tiga kali dalam setahun. Desa dan kelurahan yang memiliki lahan produktif juga harus dijaga dengan baik,” harapnya.
Selain itu, orang nomor satu di Gowa ini meminta jajarannya untuk mencatat kebutuhan masyarakat Kabupaten Gowa setiap tahunnya. Sehingga bisa dilakukan perencanaan yang baik dalam menghadapi kemarau panjang yang diprediksi oleh BMKG.
Baca Juga : Bupati Gowa Ajak Pemuda Sambut Bonus Demografi
“Selama ini Gowa mensubsidi kebutuhan daerah lain, ini perlu dihitung baik-baik, pastikan kebutuhan masyarakat Kabupaten Gowa tercukupi sebelum mensubsidi daerah lain,” terangnya.
Selain kebutuhan pangan, Bupati Adnan juga meminta jajarannya untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku akibat perang Rusia dengan Ukraina.
“Sejumlah bahan-bahan baku mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Seperti minyak, bahan baku bangunan termasuk pangan diperkirakan juga mengalami kenaikan seperti di negara lain. Hal ini dampak dari konflik dan perang Rusia dan Ukraina menyebabkan sejumlah kebutuhan bahan baku mengalami kenaikan drastis seperti gandum,” tambahnya.
Baca Juga : Inovasi UMKM DWP Gowa Jadi Lokus Studi Tiru Kota Baubau
Sementara itu, menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa Fajaruddin menyebutkan, beberapa langka yang akan dilakukan kedepannya untuk menjaga produktifitas hasil pertanian di Kabupaten Gowa. Salah satunya mendorong petani untuk menanam varietas padi yang tahan terhadap kekeringan.
“Salah satunya dengan menganjurkan para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sosialisasi kepada petani untuk memilih varietas padi yang tahan terhadap kekeringan seperti jenis Impari,” ungkapnya.
Selain itu, langkah lain yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan pompanisasi serta mensiagakan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).
Baca Juga : Bupati Gowa Sebut Pendidikan Kunci Peningkatan SDM Unggul
“Selain itu, kami juga akan memaksimalkan penggunaan gudang yang ada untuk ketersedian stok beras dan mendorong pemilik Rice Milling Unit (RMU) untuk menyimpan hasil penggilingannya di tempat masing-masing,” tambahnya.
Dirinya menyebutkan produksi padi di tahun 2020 lalu 416.778 ton dan jagung sebanyak 296.846 ton. Sementara di tahun 2021 produksi padi sebanyak 423.480 ton dan jagung sebanyak 306.281.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Nurlyah Djamir menambahkan untuk menjaga produktivistas hasil pertanian pihaknya juga akan mendorong Peningkatan Indeks Pertanaman. Menurutnya yang selama ini hanya dua kali panen, maka kedepan akan akan di dorong agar bisa panen 3 kali bahkan empat kali dalam setahun.
Baca Juga : Pejabat Administrator dan Pengawas Pemkab Gowa Didorong Makin Tingkatkan Kinerja
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong petani untuk melakukan Asuransi Usaha Tanaman Padi atau AUTP, sehingga ketika di ada gagal panen bisa diganti biaya produksinya.
“Jadi ada peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari IP 2 menjadi IP 3. Kita sudah coba bikin demplot untuk IP 400 untuk tanaman empat kali seluas 50 Ha, di Bajeng 30 Ha dan Bajeng Barat 20 Ha. Kalau ini bisa, maka kami akan meminta kembali bibit genjah yaitu beni padi yang cepat masa panennya,” tambahnya.