RAKYATKU.COM -- Setelah penandatanganan MoU antara STMIK Handayani dan Yayasan Hadji Kalla Oktober lalu, hari ini kolaborasi itu mulai direalisasikan dalam bentuk pelatihan komputer untuk kaum difabel.
Pelatihan komputer yang diadakan di kampus STMIK Handayani Jalan Adyaksa Baru, Makassar, Senin (8/11/2021).
Dihadiri perwakilan dari Yayasan Hadji Kalla Suharto; Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Mirfan; Ketua LPPM STMIK Handayani, Ratulangi Sarda; dan para peserta pelatihan dan penerjemah untuk difabel.
Baca Juga : STMIK Handayani Berubah Jadi Universitas Handayani Makassar, Ini Nama Rektor dan Wakilnya
Dalam sambutannya, Suharto sebagai perwakilan Yayasan Hadji Kalla menyampaikan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas waktu dan kesempatan yang diberikan sehingga kita bisa berada di sini untuk berbagi ilmu, belajar, dan menambah skill/kemampuan dalam bidang komputer.
"Pada dasarnya kegiatan ini adalah bentuk komitmen kami dari Yayasan Hadji Kalla kepada para peserta yang memiliki keterbatasan fisik untuk melatih dan memberikan ilmu tentang komputer, secara khusus desain grafis dan troubleshooting," katanya.
"Sehingga ketika ilmunya bisa diserap dan menjadi ahli desain grafis dan troubleshooting maka akan menjadi nilai tambah buat adik adik peserta pelatihan," lanjut dia.
Baca Juga : STMIK Handayani Gelar Pelatihan PKMS di MTsN Gowa
Suharto berharap agar para peserta pelatihan ini dapat mengikuti pelatihan secara keseluruhan dan tidak merasa minder dan menutup diri. Sebaliknya, lebih aktif jika dalam pelatihan ada informasi yang dianggap kurang dimengerti atau kurang jelas.
Wakil Ketua III STMIK Handayani, Mirfan menjelaskan maksud dan tujuan dari pelatihan ini dan kenapa memilih kaum difabel untuk dididik dan dilatih selama 16 hari.
Mirfan mengatakan kaum difabel selalu terasingkan di masyarakat. Akhirnya membuat kaum ini selalu minder untuk berada di area publik.
Baca Juga : STMIK Handayani Kerja Sama Dosen LLDIKTI IX Gelar Webinar
"Berawal dari itu kami mengajak Yayasan Hadji Kalla untuk merangkul kaum difabel ini dan memberikan pelatihan kepada mereka sehingga mereka tidak dipandang sebelah mata lagi oleh masyarakat karena skill yang mereka miliki," kata Mirfan.
Ia menambahkan pelatihan ini dikemas selama 16 hari. "Untuk menjadi seorang yang ahli pada bidang desain grafis dan troubleshooting memang waktu 16 hari itu tidak cukup, makanya setelah pelatihan ini pun kami tetap melakukan pendampingan," tambahnya.
"Kami hanya berharap para peserta pelatihan bisa lebih aktif dan serius mengikuti pelatihan ini sehingga ilmu yang tim pengajar bagikan bisa betul-betul terserap dan dipakai ke depannya," lanjut Mirfan.
Baca Juga : Ciptakan Mahasiswa Kompeten dan Profesional, STMIK Handayani Kerja Sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi
Di era digital seperti sekarang ini, katanya, kita dituntut memiliki kemampuan di bidang komputer. Salah satu yang banyak dibutuhkan dan diserap pada dunia kerja yaitu tenaga ahli di bidang desain grafis dan troubleshooting.
Sebagai contoh untuk membuat spanduk, brosur, flyer, stempel yang dipakai adalah orang yang punya keahlian di bidang desain grafis.
Sedangkan untuk troubleshooting selalu dicari ketika komputer bermasalah, lambat loading, tidak bisa menyala, dan masih banyak lagi.
Baca Juga : Enam Hari, HMTI STMIK Handayani Makassar Gelar FRINTH XVIII
"Kita bisa jadi ahli komputer ketika kita sering menggunakan komputer dan mempelajari setiap bagian dari komputer," ungkapnya sekalian membuka pelatihan hari pertama.