Senin, 14 September 2020 22:04

Remaja Tewas saat Berenang dan Menelan Air Mengandung Ameba Pemakan Otak

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi
Ilustrasi

Beberapa hari setelah berenang di danau, Tanner mengalami sejumlah gejala seperti mual, muntah, sakit kepala dan leher kaku

 

RAKYATKU.COM - Seorang remaja berusia 13 tahun di Florida dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi serius di otaknya tak lama setelah pulang dari liburan keluarga. Infeksi serius itu diduga disebabkan oleh ameba pemakan otak langka yang sangat berbahaya.

Tanner Wall dan keluarganya baru-baru ini pergi liburan ke sebuah perkemahan di Florida Utara. Di tempat itu, terdapat taman air dan danau yang sering dipakai para wisatawan, terutama anak kecil berenang dan bermain air. Begitupun dengan Tanner yang juga berenang di danau tersebut.

Beberapa hari setelah berenang di danau, Tanner mengalami sejumlah gejala seperti mual, muntah, sakit kepala dan leher kaku seperti dikutip dari kumparan. Awalnya, Tanner didiagnosis menderita radang tenggorokan. Namun, orang tuanya menduga dia mungkin mengalami kondisi yang lebih serius sehingga membawanya ke Rumah Sakit UF Health di Gainesville, Florida, untuk mengetahui kondisi Tanner lebih lanjut.
Setibanya di rumah sakit, Tanner langsung ditempatkan di ICU dirawat menggunakan ventilator. Hasil penelitian dokter menemukan bahwa Tanner mengalami kondisi yang sangat serius.

“Mereka berkata, ‘kami minta maaf karena harus memberitahu kalian tentang hal ini, putra kamu mengidap ameba parasit yang tidak ada obatnya,” kata ayah Tanner, Travis Wall, menjelaskan kepada News4Jax. Pada 2 Agustus 2020, Tanner dinyatakan meninggal karena infeksi Naegleria fowleri.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Naegleria fowleri adalah organisme bersel tunggal yang secara alami dapat ditemukan di air tawar, seperti danau dan sungai. Di AS, sebagian besar infeksi terjadi di negara bagian selatan, terutama saat musim panas tiba yang meningkatkan suhu air.
Menelan air yang terkontaminasi Naegleria fowleri sebenarnya tidak akan menyebabkan infeksi serius. Namun, ketika organisme ini terhirup oleh hidung, mereka bakal masuk ke otak dan merusak jaringan di sana. Hampir seluruh infeksi bisa berakibat fatal dengan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 3 persen.
Kendati mematikan, segelintir orang berhasil bertahan dari infeksi ini. Menurut peneliti, deteksi dini dan perawatan yang cepat, termasuk merawat pasien dengan obat eksperimental miltefosine dan beberapa perawatan lain untuk mengurangi pembengkakan otak, berkontribusi pada tingkat kesembuhan pasien.

Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa miltefosine bukanlah pengobatan yang terbukti bisa mengobati kondisi pasien infeksi Naegleria fowleri karena beberapa pasien yang menerima obat tersebut masih tidak bisa diselamatkan.

Infeksi N. fowleri sangat jarang terjadi. Sejauh ini, hanya 34 infeksi yang pernah dilaporkan di AS selama periode 10 tahun terakhir. Menurut peneliti, infeksi akan jauh lebih umum ketika suhu air menghangat karena perubahan iklim. Tanner adalah korban kedua meninggal akibat infeksi N. Fowleri di Florida. Adapun kematian pertama diumumkan oleh Departemen Kesehatan Florida pada 3 Juli dengan hanya sedikit catatan yang membahas kasus tersebut.
Sebagai tindakan pencegahan, Departemen Kesehatan Florida merekomendasikan orang-orang agar tidak berenang di air tawar yang hangat selama periode suhu air tinggi dan permukaan air rendah.

#ameba