RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Pagi itu, Jumat, 22 Maret 2019. Wahyu Jayadi merasa sangat capek. Seluruh badannya sakit.
Dia kemudian mengeluhkan badannya pegal-pegal kepada salah seorang staf di UNM bernama Alamsyah (42). Saat itu, keduanya sedang berada di lantai 10 Menara Pinisi.
Wahyu kemudian memanggil seorang OB, dan meminta tolong untuk dipijit. Wahyu memang dekat dengan para OB, karena kerap memberi mereka uang setiap hari Jumat.
"Ini nazar saya," kata Wahyu suatu ketika.
Wahyu kemudian menikmati pijatan OB tersebut, sambil mengotak-atik ponselnya, membuka pesan-pesan WhatsApp. Tiba-tiba sebuah kiriman masuk di WhatsApp-nya. Foto penemuan mayat Sitti Zulaiha, berikut mobil Terios birunya.
Mereka kemudian turun ke ruang kerja Zulaiha di bagian BAU UNM. Wahyu gelagapan. Dia lalu meminta gunting kuku. Namun karena tak ada, dia kemudian permisi untuk mencari ke depan.
Saat itu juga, Wahyu berangkat ke RS Bhayangkara, tempat mayat tersebut dievakuasi. Dia sebelumnya menelepon suami Zulaiha, Sukri, mengucapkan bela sungkawa.
Wahyu lalu bergabung dengan kerabat Zulaiha di RS Bhayangkara, sebelum kemudian ditangkap polisi, karena dicurigai sebagai pembunuh Zulaiha.
Sebelumnya, Zulaiha ditemukan sudah menjadi mayat di dalam sebuah mobil Terios biru di depan ruko milik Zarindah di Pattalassang, Gowa. Hasil pengembangan kepolisian, dia dibunuh dengan cara dicekik. Polisi kemudian menangkap Wahyu Jayadi, rekan kerja di UNM yang juga tetangga Zulaiha di Perumahan Sabrina Regency.