RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Sitti Zulaiha Djafar (40), meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil. Dua laki-laki, satu perempuan.
Anak pertama baru berusia 12 tahun, duduk di bangku kelas 6 SD.
Kakak ipar Zulaiha yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pada malam kejadian, putra sulungnya tersebut gelisah. Pasalnya, ibunya belum juga pulang ke rumah.
Bocah itu mulai cemas, karena tidak seperti biasanya ibunya lambat pulang ke rumah, apalagi sudah tengah malam.
Putra sulung korban tersebut, kemudian menelepon ayahnya, Sukri di Barru. Suami korban adalah Kepala Cabang Dinas Kehutanan di Barru.
"Bapak, ibu belum pulang. Siapa antar saya besok ke sekolah," ujar bocah itu di telepon.
"Besok paginya, ibunya belum juga pulang. Anaknya kembali menelepon ayahnya karena ibunya belum juga pulang dari kemarin," ujar kakak Ipar Zulaiha kepada Rakyatku.Com.
Saat itu kata dia, sang ayah mulai panik. Ia bergegas untuk kembali ke Makassar, mencari tahu keberadaan istrinya tersebut. Sementara anaknya mulai menangis, karena khawatir terhadap ibunya tersebut. Bahkan anak bungsunya yang baru berusia 1,5 tahun, terus menangis tanpa henti.
Di perjalanan, Sukri melihat di media sosial kalau ada orang dibunuh di Makassar.
"Dia liat DD mobil, itu mobil istrinya ia langsung menuju ke Rumah Sakit Bhayangkara melihat istrinya," tutupnya.
Sebelumnya, Sitti Zulaiha ditemukan sudah menjadi mayat pada Jumat, 22 Maret 2019, sekitar pukul 08.00 Wita di Pattalassang, Gowa.
Zulaiha ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di kursi penumpang jok depan mobil Terios birunya. Lehernya terjerat sabuk pengaman.
Jenazah korban kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk diautopsi. Saat diautopsi, Wahyu Jayadi yang dicurigai sebagai pembunuh korban, ikut berbaur dengan kerabat di RS Bhayangkara, sebelum diamankan polisi pada Jumat malam.