Selasa, 14 Maret 2023 14:03

Dialog Kebangsaan di Untad, Ketum PP Lidmi Tekankan Pentingnya Literasi Intelektual

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (Lidmi), Asrullah Syaharuddin (kanan).
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (Lidmi), Asrullah Syaharuddin (kanan).

Asrullah menyoroti pentingnya literasi intelektual yang tak terpisahkan dari tiap kemajuan zaman, yang dipandu gravitasi moral untuk menciptakan kebenaran dan keadilan, dan diorkestrasikan melalui simbol bernama masjid.

RAKYATKU.COM, PALU - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (Lidmi), Asrullah Syaharuddin, menekankan bahwa Islam pada masa lalu mampu meraih kesuksesan karena memulai gerakannya dengan perspektif moralitas sebagai sentra utama membangun peradaban.

Dalam acara dialog kebangsaan yang digelar Pimpinan Daerah (PD) Lidmi Palu, Senin (13/3/2023), dengan tema Eksistensi Gerakan Pemuda, Refleksi, dan Konklusi untuk Masa Depan Bangsa, Asrullah menyampaikan pentingnya literasi intelektual yang tak terpisahkan dari tiap kemajuan zaman.

 

"Tetapi, ingat yang mengisi sendi itu adalah Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tradisi literasi intelektual. Literasi intelektual itu merupakan fenomena yang tidak terpisahkan dari setiap kemajuan zaman," ujar Asrullah di Aula Fakultas Teknik (FT) Universitas Tadulako (Untad), Palu, Sulawesi Tengah (Sulsel).

Baca Juga : Ketua Umum PP Lidmi Kritik Putusan PN Jakpus Terkait Gugatan Perdata Partai Prima

Asrullah menegaskan, literasi harus dipandu gravitasi moral agar tercipta kebenaran dan keadilan. "Sekarang ini literasi kita banyak, tetapi literasi ini harus dipandu gravitasi moral, agar kebenaran dan keadilan berpihak pada yang berhak," katanya.

Ia menambahkan, sumber peradaban Islam harus dimulai dari gravitasi moralitas dan diorkestrasikan melalui simbol bernama masjid. "Islam dibangun dari gravitasi ibadah yang bertempat di masjid, sumber peradaban Islam harus dimulai dari gravitasi moralitasnya. Jantung untuk melakukan diskursus moralitas diorkestrasi dalam simbol yang bernama masjid," paparnya.

Asrullah mengajak para pemuda untuk menerjemahkan problem kekinian dengan satu kacamata yang komprehensif. Menurutnya, sebagai aktivis Islam, tidak hanya perlu menghafal dan memahami Al-Qur'an dan sunah.

Baca Juga : Viral Mahasiwa Identifikasi Diri sebagai Gender Netral, Ketum PP Lidmi: Bukan Keberanian, tetapi Bentuk Penyimpangan

"Tetapi, bagaimana men-downgrade pelajaran dan kajian Al-Qur'an dan sunah itu dalam makna gerakan sehingga Al-Qur'an dan sunah menjadi gerakan yang teraplikasi bukan dengan slogan, tapi dengan aktualisasi," bebernya.

#Asrullah Syaharuddin #PP Lidmi