RAKYATKU.COM, KOLAKA - Dinul Hairul baru saja memanen perdana padi SRI Organik hasil pembinaan program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) PT Vale di Desa Lamedai, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (26/6/2022).
Pemuda 22 tahun ini menuai manfaat dari hasil belajarnya selama hampir tujuh bulan. Padahal, Dinul mengaku awalnya pesimistis dengan budi daya pertanian organik yang dikenalkan oleh PT Vale bersama Yayasan Aliksa selaku fasilitator SRI Organik.
Dinul menjelaskan, tim dari PT Vale dan Aliksa serta pejabat pemerintah melakukan sosialisasi pada November 2021. Sarjana peternakan dari Universitas Sembilanbelas November Kolaka ini mengaku saat itu memandang sebelah mata program PSRLB.
Baca Juga : PT Vale IGP Morowali Raih Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024
"Karena selama ini ada banyak program seperti itu disosialisasikan di desa kami, tetapi di tengah jalan berhenti tanpa pendampingan lagi. Terkadang hanya satu kali panen habis itu kami ditinggalkan," ujar Dinul.
"Tetapi, saya merasakan pendampingan yang konsisten dari PT Vale. Mereka mengenalkan kami tentang SRI Organik, terutama bahwa padi tanpa bahan kimia itu bisa hidup. Bahkan, tadi setelah panen, ternyata hasilnya lebih baik dibanding pertanian konvensional yang pakai bahan kimia," kata Dinul.
Dinul menggarap sawah seluas 0,2 hektare dengan menanam benih padi varietas mentik wangi susu. Dia mengaku bulir padi yang dipanen mirip beras ketan. Warnanya putih susu. Tidak putih bening seperti bulir beras kebanyakan. "Saya panen sekitar 450 kilogram, itu belum semua masih sementara ditimbang," imbuhnya.
Baca Juga : PT Vale Perkuat Komitmen Iklim lewat Kemitraan Produksi Nikel Net-Zero di COP29
Hasil tersebut, kata Dinul, makin membuatnya percaya diri dengan prospek pertanian organik. Terlebih untuk anak muda sepertinya.
Menurut bungsu tiga bersaudara ini, kebanyakan generasi milenial kini mengandalkan pekerjaan kantoran, jarang melirik sektor pertanian. "Sejujurnya saya miris melihat kondisi itu," ucapnya.
"Padahal, potensi dari sektor pertanian itu sangat luar biasa jika ditangani dengan baik. Selama ini profesi petani itu kerap dianggap remeh, karena itu untuk mengadopsi teknologi pertanian seperti sulit dijangkau, beruntung program dari PT Vale ini sangat membantu kami untuk bisa meningkatkan perekonomian petani di desa saya,” ungkap Dinul.
Baca Juga : Presiden Prabowo Saksi Kolaborasi USD1,4 Miliar PT Vale dan GEM Co. untuk Pabrik Nikel Net-Zero
Khusus model pertanian SRI Organik, bagi Dinul sangat menguntungkan dan menyehatkan. “Seperti saya ini yang punya hewan ternak kotorannya itu tidak dimanfaatkan, dengan program SRI Organik saya bisa tahu bahwa kotoran hewan itu bisa digunakan jadi pupuk,” ujarnya.
Dia berkisah, di desanya dahulu hampir semua mata pencaharian warga adalah petani. Namun seiring mahalnya pengelolaan akhirnya memilih banting setir atau hijrah ke kota untuk mengadu nasib.
Malahan, beberapa pendatang kini menguasai pertanian di kampungnya. Dinul mengaku ingin mengembalikan potensi desanya di sektor pertanian. Ia berikrar untuk membagikan ilmu program PSRLB SRI Organik PT Vale ke rekan sebayanya.
Baca Juga : Kementerian ESDM Jadikan PT Vale IGP Pomalaa Teladan Praktik Pertambangan Berkelanjutan
“Selama ini para petani berpikiran harus punya lahan yang luas untuk mendapatkan hasil yang banyak. Tapi, dengan program SRI Organik itu, kita bisa menghasilkan padi yang banyak dengan lahan yang terbatas. Itu yang mau saya perlihatkan sama orang-orang di sini,” beber Dinul.
Senior Manager External Relation Blok Pomalaa, Hasmir, mengaku bersyukur kaum milenial kini mulai melek program PSRLB SRI Organik. Apalagi seperti Dinul yang sarjana, sehingga mampu mengubah pola pikir atau mindset anak muda bahwa menjadi petani masa depannya suram.
“Karena mindset anak muda sekarang itu kalau tidak berdasi tidak berduit jadi pada mengejar untuk menjadi pengusaha, karyawan, dan semacamnya. Padahal dulu kita itu swasembada pangan, sekarang hampir tidak pernah. Nah ini yang coba kita hidupkan,” kata Hasmir.