RAKYATKU.COM - Syekh Ali Jaber ditakdirkan meninggal dunia sebagai warga negara Indonesia. Baru setahun dia menyandang status itu. Dimulai Januari 2020.
Syekh Ali Jaber berdarah Arab. Dia lahir di Madinah, Arab Saudi. Dai kondang itu pertama kali datang ke Indonesia pada 2008. Kala itu, tujuan awalnya hanya untuk berlibur.
Di Indonesia, dia datang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk bertemu dengan saudaranya. Di Lombok, Ali Jaber mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Kala itu, Ali Jaber belum bisa berbahasa Indonesia.
Baca Juga : Sang Adik Beberkan Isi Rekening Syekh Ali Jaber yang Tidak Sampai Rp1 Juta
Di Lombok, dia didampingi keluarga. Dia disambut luar biasa. Apalagi beredar informasi bahwa dia imam dari Madinah. Sejak saat itu, Ali Jaber langsung diminta memimpin beberapa lembaga tahfiz.
Lama kelamaan, seiring dirinya mulai bisa berbahasa Indonesia, Ali Jaber mulai nyaman berada di Lombok. Dia juga sering berinteraksi dengan warga lokal.
Ali menceritakan dirinya sering bermain sepak bola dengan warga lokal. Bahkan, dia diberi nama julukan Ali Zidane oleh warga Lombok karena dianggap mirip dengan pesepak bola Zinedine Zidane.
Baca Juga : Tinggal di Kontrakan, Sebelum Wafat Saja Uang Syekh Ali Jaber di Rekening Tinggal Rp1 Juta
Selain ke Lombok, Ali Jaber mengunjungi seseorang di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Pada 2008 itu, Ali Jaber sempat menjadi imam salat tarawih di Masjid Sunda Kelapa.
Seseorang memperkenalkannya dengan ketua takmir Masjid Sunda Kelapa. Syekh Ali Jaber langsung diminta menjadi imam. Apalagi diketahui pernah jadi imam di salah satu masjid di Madinah.
"Dari usia 11 tahun jadi penghafal Al-Qur'an, masalah jadi imam, sudah biasa," katanya.
Baca Juga : Putra Syekh Ali Jaber Ungkap Alasan Tidak Tangisi Kepergian Ayahnya
Saat itu, Syeh Ali Jaber diminta menjadi imam salat magrib dan isya. Bacaannya yang merdu membuat jemaah tersentuh. Pengurus masjid langsung mengontrak Syekh Ali Jaber sebulan penuh selama Ramadan.
Pemilik nama lengkap Syekh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber ini lahir di Madinah pada 3 Februari 1976. Ia anak pertama dari 12 bersaudara. Dia menikah dengan Umi Nadia, wanita Indonesia asal Lombok, NTB, dan dikaruniai seorang anak bernama Hasan.
Di Lombok, Syekh Ali Jaber juga menjad imam dan khatib di Masjid Agung Al-Muttaqin Cakranegara Lombok.
Baca Juga : Benarkah Syekh Ali Jaber Meninggal Akibat Disuntik Vaksin Sinovac?
Sejak kecil Syekh Ali Jaber dapat bimbingan agama oleh ayahnya. Ayahnya adalah penceramah agama yang mengharapakan anaknya menjadi seperti dirinya.
Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya, Syekh Ali Jaber menyadari akan kebutuhan sendiri untuk menghapal Al-Qur'an. Tak heran pada usia anak-anak, 10 tahun, Syekh Ali Jaber sudah menghapal 30 juz Al-Qur'an.
Bahkan sejak usia 13 tahun, ia diamanahkan menjadi imam masjid di salah satu masjid di Kota Madinah.
Baca Juga : Momen Syekh Ali Jaber Cium Kaki Penghafal Alquran
Ia mendapatkan pendidikan formal dari ibtidaiyah hingga aliyah di Madinah. Setelah lulus sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan khusus pendalaman Al-Qur'an kepada tokoh dan ulama ternama yang berada di Madinah dan luar Madinah, Arab Saudi.
Di antaranya Syekh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan), Syekh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah), Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Alquran di Madinah dan Ahli Qiraat), Syekh Khalil Abdurahman (seorang ulama ahlul Quran di Kota Madinah), Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram), Syeikh Prof Dr Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba), dan Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi).
Sejak 2011, Syekh Ali Jaber rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafiz Indonesia di RCTI.
Baca Juga : Momen Syekh Ali Jaber Cium Kaki Penghafal Alquran
Dia kemudian mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber berkantor di Jatinegara, Jakarta. Dia sendiri tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir. Dia mulai tampil di berbagai program televisi. Bahkan ia juga menjadi aktor dalam film Surga Menanti, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang Hafizh Qur’an.
Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski sudah tenar lewat media, ia tetap berendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah.
Baca Juga : Momen Syekh Ali Jaber Cium Kaki Penghafal Alquran
Sebelum meninggal, Syekh Ali Jaber sempat mengalami peristiwa traumatik. Dia ditusuk seseorang saat sedang menghadiri wisuda santri di Lampung. Beruntung, pisau pelaku hanya mengenai lengan atas sebelah kanan.
"Saya bisa selamat karena Allah takdirkan. Saya angkat tangan di posisi ke depan leher dan dada, dan tusukan cukup keras, cukup kuat, sampai separuh pisau masuk ke dalam, cukup dalam," kata Syekh Ali Jaber pada September 2020 lalu.