Rabu, 08 April 2020 16:47

Cerita Perawat RSUD Andi Makkasau yang Fotonya Viral "Haus tapi Gak Berani Minum"

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Cerita Perawat RSUD Andi Makkasau yang Fotonya Viral "Haus tapi Gak Berani Minum"

Foto seorang perawat  berpakaian hazmat curhat lewat poster jadi viral. Perawat itu bertugas di RSUD Parepare, Sulawesi Selatan.

RAKYATKU.COM,PAREPARE - Foto seorang perawat  berpakaian hazmat curhat lewat poster jadi viral. Perawat itu bertugas di RSUD Parepare, Sulawesi Selatan.

Dalam foto yang viral, dia menulis dalam secarik kertas. "Aji Ummi, aku haus tapi gak berani minum".

Perawat yang memegang poster itu bernama Jufri (36). Dia tergabung dalam tim penanganan pasien Covid-19 di RSUD Andi Makkasau.

"Itu mungkin yang dialami seluruh paramedik ketika berada di ruang isolasi. Kita harus menahan lapar, haus, hingga BAB dan BAK selama menggunakan pakaian hazmat," tutur Jufri saat ditemui, Rabu (8/4/2020).

Jufri menjelasakan, tim Covid-19 RSUD Andi Makkasau mulai bekerja sejak 17 Maret 2020. Setelah menerima pasien rujukan dari Kabupaten Polman, Sulawesi Barat. 

Mahasiswi berumur 19 tahun yang memiliki gejala Covid-19 dan ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Dia mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Depok, Jawa Barat.

Selanjutnya, secara berturut-turut masuk tiga PDP cluster umrah. Warga asal Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap. Dua di antaranya positif Covid-19.

Nah, salah satu kendala yang dia rasakan adalah saat memasang infus kepada pasien.

"Pasang infus pada pasien biasa, pembuluh darahnya lebih mudah diraba dan dirasakan karena cuma pakai sarung tangan biasa. Lebih mudah dilihat atau dicari karena tidak ada penghalang di depan mata," terang Jepe, sapaan akrabnya.

"Beda dengan pasang infus pada pasien Covid-19. Kita susah identifikasi pembuluh darah karena keterbatasan jarak pandang yang dihalangi kacamata google dan face shield. Begitu pun identifikasi pembuluh darah lewat  perabaan mengalami tingkat kesulitan yang tinggi karena pakai sarung tangan sampai empat lapis," lanjutnya.

Dia bertugas sejak 17 Maret hingga seluruh pasien dalam kamar isolasi dinyatakan sembuh dan dipulangkan pada 3 April 2020. Jepe mengaku rasa rindu dengan keluarga kecilnya tak terbendung.

"Intinya cara kami melepas rindu dengan keluarga pada saat tidak jaga. Sempatkan menelepon atau video call sama istri dan anak. Terkadang anak perempuan bertanya 'kapan ayah pulang, ica udah rindu sama ayah'. Anak laki-laki sering juga bertanya 'kenapakah ayah pergi bertugas di tempat corona, apa ayah ndak takut tertular?' Di situ biasa muncul perasaan sedih dan kangen sama mereka. Tetapi saya sering mengingatkan mereka bahwa ini tugas nak. Dan tetap minta didoakan sama mereka," kenangnya.

Untuk menjaga kesehatan, kata Jepe, terkadang dirinya harus disuntik vitamin untuk menjaga kebugaran.

"Saat tubuh mulai drop, kami meminta suntikan vitamin. Pihak RS sebenarnya merekomendasikan kami untuk istirahat dan diganti dengan perawat lain. Namun, kami berpikir cukup kami saja yang mengambil risiko terpapar karena kami sudah telanjur bertugas," katanya.

Jepe tak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika dua pasien positif Covid-19 dan empat PDP dinyatakan sembuh dan dipulangkan.

"Senyum dari mereka yang sembuh menjadi antiklimaks buat kami. Teduh sekali melihat mereka tersenyum, bahkan memeluk kami semua," terangnya.

Dukungan dari manajemen RSUD Andi Makkasau dan warga yang setiap hari mengirimkan makanan dan minuman pun, kata Jepe, menjadi tambahan motivasi dalam bertugas.

"Manajemen RS banyak membantu dan memberikan perhatian serta fasilitas selama kami menjalani karantina bersama pasien. Dukungan dari warga juga menjadi penambah imun buat kami. Mereka sangat respect dengan apa yang kami lakukan," tutup Jepe.