Kamis, 26 Desember 2019 10:56

Tidur Pisah Ranjang dengan Suami Ternyata Ada Manfaatnya

Ibnu Kasir Amahoru
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Tidur Pisah Ranjang dengan Suami Ternyata Ada Manfaatnya

Istilah pisah ranjang selalu mendapatkan konotasi negatif, namun rupanya, bisa mendapatkan keuntungan tersendiri, 

RAKYATKU.COM - Istilah pisah ranjang selalu mendapatkan konotasi negatif, namun rupanya, pasangan yang “pisah ranjang” atau tidur di kasur yang terpisah ternyata bisa mendapatkan keuntungan tersendiri, 

Dalam penelitian yang dilakukan oleh dr. Neil Stanley ini, disebutkan bahwa pasangan yang tidur di kamar yang terpisah, cenderung memiliki kondisi kesehatan dan hubungan yang lebih bahagia. Fakta ini terungkap setelah para peneliti mengecek kebiasaan tidur enam pasangan.

Satu dari pasangan-pasangan tersebut memilih untuk tidur di kasur yang terpisah, namun bukan karena ketidakharmonisan atau bertengkar. Menariknya, pasangan ini justru lebih bahagia dan bisa tidur dengan jauh lebih nyenyak.

Meski menyenangkan bisa tidur dengan pasangan, hal ini ternyata bisa menyebabkan gangguan tersendiri. Sebagai contoh, ada orang yang mendengkur atau tiba-tiba saja perlu keluar kamar, dan melakukan hal lain yang bisa mengganggu waktu tidur pasangannya. Hal ini tentu bisa menurunkan kualitas tidur dengan signifikan. Padahal, hal ini juga bisa mempengaruhi kebahagiaan dan suasana hati.

Dr. Stanley sendiri mengaku sudah terbiasa tidur terpisah dengan pasangannya. Tak hanya berbeda kasus, ia mengaku tidak lagi tidur seruangan dan merasa bahagia dan tetap bisa menjalin keharmonisan.

Ia menyebut sepertiga dari kasus gangguan tidur yang dialami oleh orang dewasa yang sudah menikah ternyata dipicu oleh pasangannya. Hal ini dianggap bisa menyebabkan dampak buruk bagi keharmonisan pasangan dengan signifikan.

Penelitian lain yang dilakukan di Paracelsus Medical University, Jerman, pada 2016 lalu juga mengungkap hasil yang mirip, yakni ada kaitan antara masalah tidur dengan keharmonisan pasangan. Bahkan, kurang tidur juga terkait dengan risiko perceraian yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh menurunnya empati dan kecenderungan untuk lebih sering berdebat.

“Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh besar bagi kinerja sehari-hari, hubungan sosial, dan risiko kecelakaan. Khusus untuk masalah kesehatan, hal ini bisa memicu peningkatan berat badan, risiko diabetes, dan depresi,” jelas dr. Stanley dilansir Doktersehat, Kamis (26/12/2019).

Dr. Stanley juga menyebut, setiap orang ternyata memiliki ritme sirkadian atau jam biologis yang berbeda-beda, sehingga belum tentu cocok jika harus tidur secara bersamaan di waktu yang sama. Sebagai contoh, ada seseorang yang terbiasa tidur di waktu yang lebih awal namun memiliki pasangan yang terbiasa tidur di waktu yang lebih larut.

Jika pasangan memilih untuk melakukan berbagai hal lain di dalam kamar karena belum bisa tidur, tentu akan membuat pasangannya terganggu dan rentan mengalami masalah kurang tidur.

Selain itu, jika kita sedang mengidap masalah kesehatan tertentu, maka risiko untuk menularkan penyakit ini ke pasangan juga akan meningkat. Jika kita mengalami masalah mendengkur, pasangan juga bisa mengalami masalah kurang tidur akibat terganggu dengan hal ini.