SYL Way; "Nia' Tojengji kah Badiknu"
Di balik jabatan, mengintip kebinasaan. Di balik hidup, selalu ada maut.
Di balik persatuan, terselip bara perpecahan. Di balik sembah, bisa memunculkan umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Dan, persatuan dan kebersamaan, menjadi pilihan bijak.
Saya coba bawa secara lokal. Pertanyaan saya, "nia'ji badiknu?" Kalau ada kata ini di dalam dirimu, kau Bugis-Makassar. Nilai leluhur yang secara prinsip melambangkan kebersamaan, persatuan. Juga, kebenaran. Ya, kita harus kompak. Pun, kita harus selalu bersatu.
"Nia' tojeng ji kah badiknu!!!" Kalau itu ada, harusnya kita sipamaling-malingi. Sipappacei. Juga, sipasiriki kan...(ada bahasa Bugis dan Toraja-nya)
Artinya, kita harus saling peduli. Tolong menolong. Tidak saling khianat. Apalagi, saling membohongi.
"Nu eranggi badiknu!" Kalau bawa itu, kau berani. Kau akan merasa berkuasa !!! Tapi, ingat! Ada pesan adat Bugis-Makassar.
Janganko lewa' berani. Kemudian, menuju sombong. Apalagi, sok kuasa.
Terlebih lagi, jikalau mlewati nilai-nilai agama. Sopan santun, contoh kecilnya.
Adat kita mengajari, selami sipakatau. Sipakalabiri.
Karena kalau keluar dari ajaran itu, tunggu saja. Alam marah.
Dan ketika itu, ada saatnya kau dipermalukan. Bahkan, di depan banyak orang. Nauzubillahi minzaliq. Salamaki tapada salama. SYL Way (10/3/2021), on the way Jakarta-Bandung (BNI-Petani Milineal)