Mengurangi Kecemasan Berbicara di Depan Umum dengan Teknik Reframing
DUNIA pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi.
Bidang pendidikan tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi (Anwar, 2009).
Di dalam proses belajar mengajar di kelas juga terjadi komunikasi verbal maupun non verbal antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa lain.
Siswa tidak hanya dituntut untuk menyampaikan pendapatnya secara tertulis tetapi siswa juga dituntut untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan.
Namun, tak jarang siswa merasa cemas untuk mengungkapkan pendapatnya secara lisan baik pada saat diskusi, bertanya kepada guru maupun ketika harus berbicara di depan kelas saat mempersentasikan tugas.
Kecemasan berbicara di depan umum merupakan suatu kondisi dimana individu merasakan kecemasan ketika dihadapkan pada kondisi yang menuntut individu untuk berbicara di depan orang banyak.
Ketika hal tersebut terjadi, maka akan menimbulkan reaksi fisiologis, emosional, dan kognitif pada siswa.
Berbicara di depan umum juga menentukan keberhasilan seseorang. Menurut Parvis (2001) dalam Journal of Environmental Health tentang The Importance of Communication and Public-Speaking Skills, kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah hampir setiap profesi memerlukan berbicara di depan umum.
Sejalan dengan hal tersebut, sangat diperlukan upaya untuk membantu siswa mengurangi kecemasan berbicara di depan umum.
Salah satu bantuan yang dapat diberikan kepada siswa yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum adalah teknik reframing.
Teknik reframing juga dapat dilakukan dengan mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berpikir konseli.
Teknik ini dimaksudkan untuk menyusun kembali atau mengubah cara pandang atau persepsi konseli (siswa) terhadap masalah atau tingkah lakunya.
Guru dapat meminta siswa untuk duduk dengan posisi santai dan nyaman, membiarkan matanya tertutup dan menarik nafas perlahan sepanjang yang siswa mampu dan buang perlahan bersama dengan semua ketegangan pada tubuh dan pikirannya.
Setelah itu guru meminta siswa merasakan dirinya begitu santai, nyaman, dan sungguh rileks.
Guru meminta siswa untuk membayangkan situasi yang mengandung tekanan yang menimbulkan rasa cemas tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk merasakan situasi itu benar-benar terjadi.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk membayangkan siswa memasuki ruangan tersebut, kemudian duduk untuk menunggu giliranmu berpidato, namamu dipanggil, kamu berjalan menuju podium, kamu memulai pidatomu dan perhatian orang-orang di depanmu tertuju padamu.
Penelti meminta siswa untuk merasakan apa yang mereka rasakan ketika berbicara di depan umum lalu menutup pembicaraanmu dan mulai berjalan keluar ruangan.
Setelah itu guru meminta siswa untuk tarik napas secara perlahan dan buka matamu secara perlahan pula.
Guru dapat memberikan alternatif-alternatif pikiran yang baik dan seharusnya dilakukan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengulangi membayangkan ketika merasakan cemas dan selanjutnya memberikan instruksi pada siswa untuk mengganti situasi tersebut dengan cara memburamkannya satu persatu hingga menghilang dan meminta siswa untuk merasakan apa yang mereka rasakan.
Lalu menutup pembicaraannya dan mulai berjalan keluar ruangan dan menarik napas secara perlahan dan membuka matanya secara perlahan pula. Guru meminta siswa untuk menceritakan yang dirasakan sebelum dan setelah mengganti situasi tersebut.
Dengan teknik reframing, peserta didik dapat mengurangi kecemasannya berbicara di depan umum.