Nadia Kurnia Insyra
Aktivis Muslimah
Kamis, 16 Februari 2023 15:00

Di Balik Narasi Childfree

Nadia Kurnia Insyra.
Nadia Kurnia Insyra.

Beberapa pekan ini media sosial kembali dihebohkan dengan salah satu narasi dari salah seorang mbak influencer muslim Indonesia berinisial GS. Dia menanggapi salah satu pernyataan netizen dengan mengatakan bahwa kunci dari wajah yang awet muda adalah tidak memiliki anak (childfree).

Hal ini karena dengan tidak memiliki anak membuatnya bisa tidur normal delapan jam tanpa stres mendengar tangisan anak. Ia juga menyatakan dalam siaran live-nya bahwa memiliki anak adalah beban baginya.

Childfree Kian Menjamur
Pernyataan tersebut sontak mengundang hujatan dari para netizen tanah air. Ada yang merespons dengan cara yang positif dan banyak juga merespons dengan negatif karena pernyataan tersebut dipandang terlalu frontal serta menyinggung para ibu. Bahkan, banyak warga net yang merespons dengan fakta yang bertentangan dari pernyataan mbak influencer. Nyatanya banyak ibu yang mempunyai anak, tetapi tetap bisa memiliki wajah awet muda.

Ternyata selain hujatan, terdapat beberapa selebriti atau influencer yang juga memiliki pandangan yang serupa dengan GS mengenai childfree. Mereka menarasikan enggan memiliki anak karena mengurus anak itu sulit serta membutuhkan effort yang lebih besar dan kondisi ekonomi yang ideal. Sehingga berujung mereka berpandangan bahwa mempunyai anak adalah pilihan hidup, bukanlah sebuah kewajiban.

Tentu fenomena ini wajib didudukkan, apa yang menjadi sebab narasi childfree ini lambat laun menjamur di tengah masyarakat bahkan merambat di kaum muslim juga?

Di Balik Narasi Childfree
Jika melihat fakta yang ada ini adalah sebuah narasi terstruktur yang timbul dari realita yang dialami kebanyakan masyarakat sekarang. Banyak didapati fenomena rusaknya moral dan adab seorang anak, hancurnya sebuah keluarga, tidak terpenuhinya kebutuhan anak, dan berbagai problematika keluarga lainnya yang menjadi cikal bakal munculnya sebuah narasi childfree.

Seolah solusi dari semua persoalan yang menimpa sebuah keluarga adalah dengan tidak memiliki anak. Parahnya, narasi ini justru banyak diterima di tengah masyarakat bahkan diadopsi oleh selebriti muslim. Hal ini di antaranya karena minimnya ilmu yang mereka miliki dalam berumah tangga hingga tidak mampunya mereka menjalani peran sebagai seorang ibu. Menjadikan mereka takut memiliki anak serta berujung menihilkan fitrah mereka sebagai makhluk yang memiliki rahim.

Pemikiran seperti ini terus menjamur seiring dengan sistem yang diadopsi hari ini, yakni sistem kapitalisme. Sistem yang berlandaskan liberalisme yang melahirlah kebebasan berekspresi sehingga narasi childfree sangat mudah untuk di adopsi individu muslim, bahkan kelompok.

Terlebih lagi sistem sekarang yang sulit membentuk keluarga yang sejahtera. Terlihat dari tidak mampunya negara menjamin pekerjaan yang layak bagi tiap kepala keluarga sehingga seluruh tumpuan beban keluarga ditanggung sendiri oleh masing-masing keluarga.

Bahkan, negara hanya ada untuk memajaki para rakyatnya dengan pajak yang tinggi dan melambungnya harga kebutuhan hidup, seperti naiknya BBM, pendidikan, bahan pokok, dan lain lain. Hal ini yang justru menambah beban keluarga sehingga tidak dapat dimungkiri fenomena keluarga yang hancur marak didapati.

Fenomena tersebut memunculkan ketakutan bagi para keluarga lainnya untuk memiliki anak disebabkan banyaknya kerugian material yang bisa dialami keluarga terlebih lagi dialami seorang ibu. Semisal anggapan dengan memiliki anak seorang ibu tidak lagi awet muda, karier terhambat, sehingga pendapatan menurun di tengah naiknya harga kebutuhan hidup dan berbagai alasan lainnya yang bersifat materi.

Demikianlah pemikiran yang lahir dari sistem sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Materi dijadikan standar, tanpa memperhatikan bagaimana pandangan dalam Islam terkait fitrah perempuan sebagai ibu. Padahal, kemuliaan seorang ibu jauh lebih penting dibanding memikirkan awet muda dan karier yang hanya bersifat sementara.

Anak dalam Pandangan Islam
Berbeda jauh dengan Keluarga dalam pandangan islam. Rasulullah saw. justru membanggakan umatnya yang memiliki banyak anak karena banyaknya jumlah kaum muslim justru akan menimbulkan rasa takut bagi musuh Islam.

Anak adalah anugerah yang Allah Swt. berikan dalam sebuah keluarga bukannya beban. Allah Swt. sendiri yang akan menjamin rezeki bagi tiap hambanya. Sehingga, keluarga Islam akan berupaya untuk memiliki banyak keturunan walaupun mereka harus mengorbankan materinya dan kepayahan dalam mengurus anaknya.

Di sisi lain, negara dalam Islam akan senantiasa mengupayakan terpenuhinya kebutuhan tiap-tiap anggota keluarga yang dipimpin. Hal ini karena peran pemimpin dalam Islam layaknya penggembala yang harus bertanggung jawab dengan tiap gembalaannya.

Pemimpin dalam Islam harus memastikan terpenuhinya kebutuhan dari tiap anggota keluarga, baik dari segi kesehatan, keamanan, pendidikan, sandang, pangan, serta papannya. Kebijakan tersebut dapat terealisasi dengan diterapkannya syariat Islam secara keseluruhan di dalam sebuah institusi negara. Sebab, kebijakan yang berstandar syariat Islam telah terbukti mampu menyejahterakan rakyat selama 13 abad lebih lamanya.

Oleh karena itu, dalam menyelesaikan segala macam beban yang dialami keluarga bukan berarti harus memangkas fitrah seorang perempuan menjadi sosok ibu. Melainkan segala problematika itu harus diselesaikan dengan kebijakan yang tepat yang dikeluarkan pemimpin negara dalam mengurusi tiap urusan rakyatnya. Satu-satunya kebijakan yang terbukti mampu menyejahterakan umat manusia adalah kebijakan yang berstandar syariat Islam. Wallahu a'lam bishawab.

Kolom Populer
Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Bahtiar Baharuddin
Anggota KPU Kabupaten Kepulauan Selayar.
Penggiat Media Islam, Founder Sahabat Literasi, Pembina Daar Al-Qalam, Mahasiswa Doktoral Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta