RAKYATKU.COM, BARRU - Tragedi memilukan menimpa seorang ibu rumah tangga dan anaknya di Dusun Panggalungan, Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru.
Rina (44) dan UM 4) ditemukan tewas gantung diri di sebuah kebun, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat.
Peristiwa tragis ini terungkap pada Sabtu malam (18/5/2024) sekitar pukul 21.00 WITA. Jenazah Rina dan UM ditemukan oleh warga bersama polisi dalam keadaan sudah membusuk, diduga karena telah meninggal selama satu hari.
Baca Juga : Guru-Guru Barru Berkumpul di Temu Pendidik Nusantara XI: Siap Merajut Masa Depan Pendidikan yang Gemilang
Menurut Kapolres Barru, AKBP Dodik Susianto, melalui Kapolsek Pujananting AKP Sudarto yang ditemui wartawan, Rina dan UM meninggalkan rumah pada Jumat (17/5/2024) untuk pergi ke kebun yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumah.
Hati keluarga mulai dilanda keresahan ketika Rina dan UM tak kunjung kembali hingga malam hari. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke kepala dusun dan diteruskan ke pihak kepolisian.
Kapolsek Sudarto beserta timnya bergegas menuju lokasi kejadian. Akses menuju Dusun Panggalungan yang terjal dan jauh, membuat mereka harus memutar perjalanan melalui Kabupaten Pangkep dan melewati Kampung Tondong Tallasa.
Baca Juga : Dua Pelajar SMAN 1 Barru Tewas Saat Berenang di Sungai Rumpiae
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, tim akhirnya menemukan jasad UM tergantung di pohon dengan seutas tali. Sedangkan Rina ditemukan tergeletak di bawah pohon dengan bekas jeratan tali di lehernya.
Dugaan sementara, Rina terlebih dahulu menggantung UM sebelum kemudian mengakhiri hidupnya sendiri dengan gantung diri, namun diperkirakan talinya putus sehingga tubuh rina ditemukan di tanah.
AKP Sudarto menduga motif di balik tragedi ini adalah beban ekonomi yang berat. "Dugaan motifnya beban ekonomi," katanya kepada wartawan, Jumat (24/5/2024).
Baca Juga : Ketua DPRD Sulsel: Peluang Barru Jadi Penyangga IKN Harus Dioptimalkan
Diketahui bahwa Sang suami, yang menderita stroke selama dua puluh tahun, tidak mampu lagi bekerja untuk menafkahi keluarga. Rina harus berjuang sendirian untuk menghidupi empat orang anaknya, termasuk UM.
Kabar duka ini baru tersiar sepekan setelah kejadian karena terkendala minimnya akses jaringan seluler dan internet di Dusun Panggalungan.
Tragedi Rina dan UM menjadi pengingat pilu tentang kerasnya hidup di tengah keterbatasan ekonomi. Rasa simpati dan duka mendalam menyelimuti keluarga dan kerabat yang ditinggalkan.
Baca Juga : Hujan Bantuan Alat Semprot Pertanian di Barru, Ketua DPRD Sulsel: Untuk Kesejahteraan Petani!
Kisah ini juga menjadi tamparan keras bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah-daerah terpencil yang masih terkendala akses dan infrastruktur.