RAKYATKU.COM - Upaya Barat untuk menekan Tiongkok hanya mendorong Tiongkok untuk bersatu dengan Rusia, kata Wu Dahui, wakil kepala Institut Penelitian Rusia yang didirikan oleh Universitas Negeri St. Petersburg dan Universitas Tsinghua di Beijing.
South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong melaporkan bahwa pakar tersebut baru-baru ini mengunjungi Donbass dan memberikan wawancara kepada majalah Shijie Zhishi (Urusan Dunia) milik Kementerian Luar Negeri Tiongkok, tetapi kemudian versi online-nya dihapus.
Menurut Wu Dahui, Tiongkok semakin dikategorikan di arena internasional sebagai "kubu non-Barat" sejak awal krisis di Ukraina. Pakar tersebut juga mencatat bahwa kecil kemungkinan Tiongkok akan mengkritik Rusia, mengingat fakta bahwa perbatasan bersama antara kedua negara adalah sekitar 4.300 kilometer.
Baca Juga : Rusia: Pemimpin Kelompok Wagner Dipastikan Tewas dalam Kecelakaan Pesawat
“Situasi ini membuat Rusia dan Tiongkok tidak punya pilihan selain terus memperkuat kerja sama strategis mereka,” ujarnya.
Namun, Wu Dahui menekankan bahwa posisi Moskow dan Beijing berbeda dalam beberapa masalah. Menurutnya, Rusia menilai sistem hubungan internasional saat ini didominasi oleh Barat sehingga harus diganti. Sementara itu, Tiongkok menganggap dirinya sebagai salah satu penerima manfaat utama dari tatanan dunia saat ini.
“Rusia percaya bahwa kecenderungan menuju dunia multipolar sedang mendapatkan momentum dan selama Federasi Rusia dan RRT bersatu, dunia tidak akan kembali ke era supremasi AS pasca Perang Dingin,” tambah Wu Dahui.
Baca Juga : Putin Angkat Bicara Terkait Kecelakaan Pesawat yang Diduga Tewaskan Bos Wagner
Dia menekankan bahwa Rusia memiliki pengaruh yang signifikan di kancah internasional karena banyak negara Afrika dan Timur Tengah sangat bergantung pada pasokan makanan Rusia. Pakar tersebut juga menunjukkan bahwa Rusia memiliki salah satu cadangan minyak dan gas terbesar di dunia.
Wu Dahui mencatat bahwa krisis di Ukraina telah menyebabkan perubahan signifikan dalam situasi internasional dan menambahkan bahwa dia memperkirakan tidak akan ada kemajuan serius dalam perundingan perdamaian antara Moskow dan Kiev hingga setidaknya musim semi 2024.
Sumber: TASS/20 September