RAKYATKU.COM, MAKASSAR-- Puluhan murid SD Negeri Borong, mendapat pengalaman berharga seputar teknik membaca puisi dari Rosita Desriani, pengurus Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan, yang biasa menjadi juri lomba baca puisi di berbagai ajang di Sulsel dan Sulbar.
Rosita Desriani hadir sebagai narasumber Workshop Pembacaan Puisi, yang diadakan oleh Bunda Pustaka SD Negeri Borong, Makassar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Workshop diadakan dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN), 23 Juli 2023, dan Hari Puisi Indonesia (HPI), 26 Juli 2023. Workshop yang berlangsung interaktif dan penuh antusias itu, diadakan di Perpustakaan Gerbang Ilmu UPT SPF SD Negeri Borong,Jumat, 28 Juli 2023.
Bukan cuma anak-anak, kegiatan yang dipandu Saparuddin Numa, S.I.P, Kepala Perpustakaan Gerbang Ilmu itu, bahkan juga diikuti sejumlah anggota Bunda Pustaka, termasuk Ketua Bunda Pustaka, periode 2023-2025, Mulyati Husain.
Rusdin Tompo, dalam pengantarnya mengatakan pentingnya anak-anak sejak kecil membaca puisi agar mereka kaya dengan kosakata. Anak-anak juga terlatih memilih diksi-diksi menarik dan tepat untuk mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya.
Rusdin Tompo merupakan pegiatan sekolah ramah anak, yang juga merupakan Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan. Dia merupakan pendamping minat bakat di SD Negeri Borong.
Rosita Desriani langsung memukau anak-anak setelah membaca puisi berjudul "Ibu" karya D Zawawi Imron, sebagai pembuka materinya. Pembacaan puisi yang penuh penghayatan itu, membuat banyak mata berkaca-kaca. Bahkan seorang anak tak kuasa menahan tangisnya.
Disampaikan, sebelum membaca puisi, kita mesti melakukan olah vokal dan olah tubuh. Perempuan yang akrab disapa Kak Ita, dan aktif di Komunitas Puisi (KoPi) Makassar itu, lalu mencontohkan teknik olah vokal.
Dia juga mengajak anak-anak mencoba, bagaimana memproduksi suara lewat leher, dada, dan perut. Anak-anak bergantian mengacungkan tangannya, mau mencoba apa yang diajarkan Kak Ita.
Saat membaca puisi, jelas Kak Ita, perlu pula memperhatikan mimik dan gestur tubuh. Mimik ini akan menggambarkan ekspresi si pembaca puisi. Pesannya, jangan takut terlihat jelek dengan mimik kita saat membaca puisi. Karena, menurutnya, justru di situlah keindahan dan jiwa dari puisi dihadirkan.
Andi Aisyah Ramadhani, kemudian mengajukan pertanyaan. Murid kelas 4 itu bertanya, "Bagaimana agar kita bisa menghayati puisi yang dibaca?"
Kak Ita menjawab, puisi itu perlu dibaca berulang-ulang, pahami larik demi larik, juga keseluruhan puisinya.
Bunda Rahmat, yang ikut dalam workshop ini, juga bertanya, bagaimana agar kita percaya diri saat tampil membaca puisi di hadapan banyak orang.
Kak Ita mengatakan, perasaan nervous atau grogi dan gugup itu manusiawi. Namun, kita mesti tetap berusaha tenang. Caranya, tarik napas lewat hidung lalu keluarkan melalui mulut. Itu dilakukan berulang-ulang, sampai kita merasa nyaman.
Cara berikutnya, saat berada di panggung atau di depan banyak orang, posisi kaki kita jangan rapat tapi agak membuka. Ini tujuannya agar kalau lutut gemetaran, tidak terlalu terlihat. Dia lalu memberi tip.
Katanya, kalau pada saat membaca puisi dan tangan yang memegang teks gemetaran, buatlah itu menjadi estetik, terlihat kita tengah mengekspresikan apa yang kita baca. Ita menjelaskan itu sambil memainkan tangannya ke udara.
Setiap orang, lanjut Kak Ita, perlu memberi sugesti pada dirinya bahwa dia mampu. Itu juga salah satu cara menumbuhkan rasa percaya diri.
Dalam workshop ini, anak-anak tak hanya diajarkan berbagai teknik, temasuk teknik membaca dalam satu tarikan napas, tapi juga tampil membaca puisi. Muh Dzafran Putra Imran, Andi Aisyah Ramadhani, Fatimah Azzahra, dan Nabila Aafia Zahra Azwar, tak kalah menarik tampil membawakan puisi-puisinya. (*)