RAKYATKU.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan produksi karet nasional. Salah satunya melakukan pengendalian penyakit gugur daun secara merata di seluruh Indonesia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Andi Nur Alamsyah, mengatakan pengendalian gugur daun perlu dilakukan agar komoditas karet tetap menjadi komoditas unggulan. Apalagi, saat ini kebutuhan karet masih tinggi terutama untuk industri ban, perkakas rumah tangga, aspal, dan bahan penolong lainnya.
"Pengendalian penyakit gugur daun pada tanaman karet perlu dilakukan secara merata terutama di sentra produksi yang sebagian besar berada di Sumatra dan Kalimantan. Kita akan siapkan program dan kegiatan perlindungan tanaman karet yang lebih sustain," ujar Alamsyah dalam keterangannya, Rabu (15/2/2023).
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
Selain itu, kata Alamsyah, komoditas karet juga perlu dikuatkan untuk menjaga stabilitas harga karet dunia yang terus fluktuatif. Karena itu, ke depan, pemerintah akan mengimplementasi penggunaan karet alam untuk konsumsi dalam negeri seperti penyerapan aspal karet untuk aspal.
"Tetapi, kami butuh support dari pelaku Industri, Kemen PUPR, Kemenhub dan Kemen BUMN," katanya.
Berikutnya, Kementan juga akan melakukan peningkatan produksi melalui replanting atau penanaman bibit baru untuk tanaman karet yang sudah tua. Diharapkan, petani dan pelaku industri karet mampu menyerap layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disiapkan secara terbuka.
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel
"Jadi, walaupun penganggarannya belum memenuhi skala optimal untuk kebun-kebun rakyat yang akan di-replanting, kita akan cari sumber-sumber pendanaan lain seperti dari KUR. Kita berharap petani mau menyerapnya," ucapnya.
Diketahui, pengembangan karet melalui APBN 2023 mencapai 6.900 hektare (ha) yang terbagi melalui kegiatan peremajaan karet seluas 700 ha, perluasan 100 ha, dan intensifikasi karet seluas 6.100 ha. Kegiatan peremajaan karet merupakan upaya mengganti tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif.
"Komponen bantuannya adalah benih unggul karet, pupuk dan sarana produksi lain. Untuk kegiatan perluasan karet dengan cara membuka lahan di sentra kawasan, tetapi di luar kawasan hutan dengan paket bantuan benih, pupuk, dan sarana produksi, sedangkan kegiatan intensifikasi dilakukan guna meningkatkan produktivitas pada tanaman produktif dengan komponen bantuan berupa pupuk dan sarana produksi lainnya," jelasnya.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
Sementara itu, untuk mendongkrak harga karet dunia sekaligus menstabilkannya, pemerintah juga terus mendorong penghasil karet besar dunia lainnya seperti Thailand dan Malaysia agar menjalankan mekanisme AETS dengan membatasi ekspor karet alam dalam kerangka perundingan ITRC.
"Dalam hal ini pemerintah ingin yang terbaik untuk petani, salah satunya dengan cara yaitu mendorong peran UPPB harus ditingkatkan. Petani diupayakan harus mau bergabung dengan UPPB, dan pemerintah secara kontinu terus mengawal agar kualitas bokar bermutu baik," tuturnya.