Rabu, 28 Desember 2022 21:15

Soal Surplus Beras, Pengamat Pertanian: Aneh, Kok Tak Percaya Data BPS

Usman Pala
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Pengamat Bidang Pertanian Prof. Pantjar Simatupang
Pengamat Bidang Pertanian Prof. Pantjar Simatupang

Ia menyebutkan kebutuhan konsumsi beras untuk periode Juli-Desember hanya 15,14 juta ton. Terdapat surplus pasok beras sekitar 7,91 juta ton, sehingga inilah perkiraan stok beras nasional pada akhir Desember 2022.

RAKYATKU.COM -- Pengamat bidang pertanian Prof. Pantjar Simatupang menegaskan data BPS harus dipercaya bahwa Indonesia berhasil mewujudkan surplus beras 2022. Ini didasarkan pada data yang dirilis BPS tahun 2022, sebagai satu-satunya otoritas data statistik.

“Dari laporan BPS kan begitu, produksi beras kita tahun ini surplus lebih kurang 1,7 juta ton. Lalu tahun ini kan ada survei cadangan beras yang juga dilakukan BPS, stok beras kita di akhir Juni 9,71 juta ton. Bulan Juli sampai Desember memang musim paceklik, tapi menurut data KSA (kerangka sampling area,-red) BPS, produksi beras kita mencapai 13,34 juta ton. Kalau ditambahkan stok pada akhir bulan Juni 9,71 juta ton maka ketersediaan pasokan beras selama Juli sampai Desember mencapai 25,05 juta ton. Itu ketersediaan beras yang sangat banyak," ujar Prof. Pantjar di Bogor, Rabu (28/12/2022).

Ia menyebutkan kebutuhan konsumsi beras untuk periode Juli-Desember hanya 15,14 juta ton. Terdapat surplus pasok beras sekitar 7,91 juta ton, sehingga inilah perkiraan stok beras nasional pada akhir Desember 2022.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

"Saya tidak melihat kita kekurangan beras. Stok beras kita lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 3 bulan," sebutnya.

Prof. Pantjar menjelaskan setiap tahun BPS merilis kinerja produksi padi dan beras nasional dan sejak 2018 selalu surplus beras. Mengacu data tersebut, wajar kalau Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan hal yang sama terkait surplus beras.

"Kan sekarang prinsipnya satu data, komandonya di BPS, jadi data BPS dong yang dipakai, bukan data lain," terangnya.

Baca Juga : Pj. Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran atas Solusi Cepat Bagi Petani

Lebih jauh Prof Pantjar mengatakan program peningkatan produksi padi dan beras adalah program Presiden Jokowi, yang ada di Nawacita. Dengan demikian, seharusnya pembantu-pembantunya saling dukung dan melengkapi bukan saling tidak percaya.

“Saya malah aneh, kalau ada pihak yang mempertanyakan data BPS itu, terus yang mau dipercaya data dari mana lagi?,” tegasnya.

Oleh karena itu, Prof. Pantjar menegaskan kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengawal produksi beras tahun ini bisa dibilang cukup baik. Namun yang menjadi masalah adalah kenapa bulog menyerap beras di periode yang memang produksi sedang defisit.

Baca Juga : Halal Bihalal Kementerian Pertanian, Mentan Amran Bicara Cinta Membangun Pertanian Gemilang

"Kalau beli beras disaat petani sedang panen raya kan barangnya banyak. Jadi nggak perlu lah itu impor. Sayang sekali kan saat kinerja produksi padi baik selama 11 bulan, kemudian rusak karena impor beras di bulan Desember," tegasnya.

"Persoalan pokoknya adalah Bulog kekurangan stok karena digunakan untuk operasi pasar secara besar-besara. Tapi masalah cadangan beras Bulog kan nggak boleh dijadikan dasar menyimpulkan kita defisit beras lalu melakukan impor beras. Stok beras Bulog bukanlah stok beras nasional," sambung Prof. Pantjar.

#Kementerian Pertanian