Selasa, 08 November 2022 17:41

IKA Unhas Makassar dan Yayasan Anak Rakyat Bedah Buku Aldera, Hadirkan Tiga Profesor

Syukur Nutu
Konten Redaksi Rakyatku.Com
IKA Unhas Makassar dan Yayasan Anak Rakyat Bedah Buku Aldera, Hadirkan Tiga Profesor

"Kami mengundang Pak Pius untuk hadir saat membedah buku ini, karena beliau salah satu pelaku sejarah yang paham betul tentang dinamika pemuda saat itu dan hubungannya dengan kekuasaan,"

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Yayasan Anak Rakyat Indonesia (YARI) dan Ikatan Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) akan menggelar bedah buku yanv berjudul Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1998 pada Jumat (11/11/2022) mendatang.

Bedah buku ini akan menghadirkan salah satu pelaku sejarah gerakan politik kaum muda mantan Sekretaris Jenderal (Sekjend) Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera), Pius Lustrilanang.

Buku yang ditulis oleh Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana dan Rahadi T Wiratama, akan dibedah oleh Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Husain Syam, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin Prof Amran Razak, dan aktivis 1998 di Makassar, Akbar Endra.

Baca Juga : Basdir Terpilih Jadi Ketua IKA Alumni SMK Negeri 4 Makassar

"Bedah buku ini diharapkan bisa menularkan pula semangat perubahan dan idealisme berpolitik untuk kepentingan masyarakat, bagi millenial masa kini. Generasi yang menikmati buah dari reformasi," terang pendiri Yayasan Anak Rakyat Indonesia sekaligus penggagas bedah buku Aldera di Makassar, Rudianto Lallo pada Selasa (08/10/2022).

Politisi partai NasDem tersebut mengatakan membaca buku Aldera, seperti membaca novel sejarah era tahun sebelum 2000. Di mana kalangan muda masih memegang rasa idealisme dan sikap kritis. Tanpa di cemari oleh politik praktis ataupun cita-cita kekuasaan.

Buku Aldera bercerita tentang tempaan bagi pemuda-pemuda yang hidup pada rentang waktu 1993 sampai 1999 untuk berani bicara dan membangun kritik terhadap sebuah rezim kuat, seperti masa pemerintahan Soeharto atau lazim disebut Orde Baru.

Baca Juga : Erik Horas Berpotensi Kembali ke Kursi Pimpinan DPRD Makassar

Membaca buku Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 seperti mengulang kisah gerakan demokrasi di Indonesia. Buku ini mencatat salah satu bagian langkah perlawanan terhadap rezim otoritarianisme Orde Baru pada awal 1990-an hingga kejatuhan Soeharto.

"Kami mengundang Pak Pius untuk hadir saat membedah buku ini, karena beliau salah satu pelaku sejarah yang paham betul tentang dinamika pemuda saat itu dan hubungannya dengan kekuasaan," tutur mantan aktivis mahasiswa yang kini menjabat sebagai Ketua DPRD Makassar itu.

Hasil penelusuran di berbagai sumber disebutkan kalau Pius Lustrilanang lahir 10 Oktober 1968. Dia seorang aktivis dan politisi. Nama Pius sempat populer pada akhir tahun 90an, ketika dia melapor ke Komnas HAM tentang penculikan dan penyekapan yang dialaminya selama dua bulan, yang dilakukan oleh orang-orang tak dikenal.

Baca Juga : Eric Horas Pimpin Rapat Monev Komisi B DPRD Makassar Triwulan I

Hal itu kemudian Pius Lustrilanang ceritakan dalam buku Aldera, khususnya pada halaman 13. Tertulis kalau tiga bulan menjelang kejatuhan Soeharto, Aldera mendapatkan berita mengejutkan. Sekjen Aldera Pius Lustrilanang diculik di pintu keluar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Senin, 2 Februari 1998.

Masa itu adalah saat sebelum kejatuhan Presiden Soeharto, yang diwarnai kegaduhan politik dan keamanan. Banyak terjadi peristiwa penculikan dan kasus orang hilang.

Sebagai seorang aktivis, Pius juga pernah tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Solidaritas Indonesia untuk Amien dan Mega (SIAGA). Begitu kerasnya tekanan yang dialaminya sehingga dia pergi ke Belanda untuk menghindari terulangnya kejadian buruk menimpanya kembali.

Baca Juga : Nunung Dasniar Sampaikan Pentingnya Membayar Pajak

Kini, Pius Lustrilanang menjabat sebagai anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. 

#Rudianto Lallo #dprd makassar