Sabtu, 06 Agustus 2022 13:02

Ketua ICMI Dukung Kementerian Pertanian Perkuat Subtitusi Pangan Lokal

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Arif Satria. (Foto: Institut Pertanian Bogor)
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Arif Satria. (Foto: Institut Pertanian Bogor)

Indonesia memiliki subtitusi gandum yang luar biasa dan mampu mendorong produk lokal sebagai harapan masa depan Indonesia. Terlebih bagi sebuah kota dan desa yang menjadi tempat subur bagi semua jenis tumbuhan pertanian.

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang juga sekaligus Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mendukung penuh upaya pemerintah dalam mengembangkan subtitusi pangan lokal sebagai pengganti makanan utama.

Menurutnya, perluasan pangan lokal seperti yang saat ini dikerjakan jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dan kementerian lain adalah bukti bahwa Indonesia memiliki lahan subur dan potensi yang sangat luar biasa. Terutama subtitusi pengganti gandum seperti sorgum dan singkong.

"Memang ini ancaman krisis pangan benar-benar berpotensi terjadi karena 207 juta ton gandum tertahan di Ukraina dan Rusia. Oleh karena itu, ini adalah momentum kita untuk bisa bangkit dengan kekuatan lokalitas kita," ujar Arif dalam webinar ICMI, Jumat (5/8/2022).

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

Arif mengatakan, Indonesia memiliki subtitusi gandum yang luar biasa dan mampu mendorong produk lokal sebagai harapan masa depan Indonesia. Terlebih bagi sebuah kota dan desa yang menjadi tempat subur bagi semua jenis tumbuhan pertanian.

"Sehingga ke depan desa menjadi sumber kehidupan yang harus kita jaga bersama. Pangan itu menjadi isu yang central dan masih terus menjadi perbincangan di bahan pidato Presiden (Joko Widodo). Karena itu kita berharap bisa menjadi tren center dalam membangun pangan nasional," katanya.

Di sisi lain, Arif mengapresiasi penggunaan dan intervensi mekanisasi yang mampu mempercepat produksi. Hal itu menandakan bahwa pemerintah serius menjadikan Indonesia sebagai pertanian modern 4.0.

Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel

"Jadi, sekarang kita sudah menggunakan drone, seperti pupuk dan pestisida. Tapi ketinggiannya, kemudian daya semprotnya perlu detail regulasi. Kerangka regulasi harus diatur dari sekarang sebagai bagian yang kita sebut creating the future (menyiapkan masa depan). Tidak hanya menyiapkan teknologi, tetapi kerangka hukum yang mapan, agar semua bisa berjalan dengan stabil," tuturnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan Kementan sudah mempersiapkan berbagai langkah dalam mewujudkan subtitusi pangan lokal sebagai pengganti panganan utama. Sejauh ini, Kementan telah mengintervensi dukungannya terhadap mekanisasi.

Dedi mengatakan, pertanian adalah sektor yang sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia. Dia mengatakan, di saat sektor lainnya melemah, pertanian malah tumbuh dengan posisi yang meyakinkan.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

Terbaru, pertanian memiliki andil besar terhadap distribusi pertumbuhan domestik bruto (PDB) yang mencapai 12,98 persen dengan pertumbuhannya sebesar 1,37 persen. Posisi tersebut masuk tiga besar PDB lapangan usaha yang tumbuh bersama sektor industri dan pertambangan.

Di sisi lain, pendapatan masyarakat selama Q2 yang diukur melalui nilai tukar petani (NTP) juga tumbuh sebesar 3,20 persen yang dihitung berdasarkan tahunan atau YonY. Pertumbuhan itu sekaligus menjadi penyumbang pendapatan masyarakat dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia.

"Bahwa di saat sektor-sektor lain kuartalnya negatif, pertanian di kuartal kedua di awal-awal Covid masih tembus 16,24 persen. Ini data BPS (Badan Pusat Statistik). Dan juga pada 2020 ada Covid, tapi ekspor kita naik 15,79 persen, dari 2020 ke 2021 itu juga naik lagi 38,68 persen. Ternyata, variabel pembangunan pertanian walaupun diterpa Covid kita masih bisa eksis. Ini adalah data produksi beras, 2020 kita ada surplus sekitar 7 juta ton beras, di 2021 ada surplus kurang lebih 2 juta ton, sehingga menjadi over sekitar 9 juta ton," jelasnya.

#ICMI #Kementerian Pertanian #Institut Pertanian Bogor