RAKYATKU.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono menyatakan bahwa sektor pertanian salah satu yang memiliki andil besar terhadap distribusi pertumbuhan domistik bruto (PDB) yang mencapai 12,98 persen dengan pertumbuhannya sebesar 1,37 persen. Posisi tersebut masuk tiga besar PDB lapangan usaha yang tumbuh bersama sektor industri dan pertambangan.
Disisi lain, pendapatan masyarakat selama Q2 yang diukur melalui Nilai tukar Petani (NTP) juga tumbuh sebesar 3,20 persen yang dihitung berdasarkan tahunan atau YonY. Pertumbuhan itu sekaligus menjadi penyumbang pendapatan masyarakat dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia.
"Dan kalau dilihat distribusi pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha pada triwulan 2-2022 (YonY) distribusi sektor pertanian mencapai 12,98 dan kontribusinya mencapai 1,37 persen, menguat apabila dibandingkan dengan Q1 Tahun 2022 yang hanya tumbuh 1,19 persen," katanya.
Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam
Margo mengatakan, faktor utama terjadinya pertumbuhan ini antara lain berasal dari subsektor tanaman pangan yang tumbuh sebesar 1,12 persen dengan pendorong terbesarnya berasal dari produksi tanaman padi dan optimalisasi lahan.
"Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tumbuh konsisten dan terus mengalami pertumbuhan," sebutnya.
Perlu diketahui, tingkat perekonomian Indonesia berdasarkan PDB dan harga berlaku mencapai Rp 4.919,9 Triliun. Sedangkan bila dihitung atas dasar harga konstan tumbuh mencapai Rp 2.923,7 triliun. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 2 Tahun 2022 bila dibandingkan dengan triwulan 1 2022 (QtoQ) tumbuh sebesar 3,72 persen dan secara YonY tumbuh 5,44 persen serta secara kumulatif tumbuh 5,23 persen.
Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan
"Indonesia bahkan termasuk negara yang sangat kecil kemungkinanya terdampak resesi karena angkanya hanya 3 persen. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Srilangka yang berpeluang resesi sebesar 85 persen atau selandia Baru 33 persen," katanya.
Sebagai informasi, inflasi di sejumlah negara terus mengalami kenaikan. Di Uni Eropa mencapai 9,6 persen, Amerika 9,1 persen, Inggris, 8,2 persen, Korea 6,1 persen. Sedangkan di Indonesia masih terjaga di angka 4,4 persen.
"Inflasi inti kita masih terjaga di angka 2,63 pada posisi akhir juni kemarin secara YonY. Bahkan kalau dilihat secara spasial pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera berasal dari pertanian yang tumbuh 0,86 persen," ungkapnya.
Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi, dan menyiapkan pangan Indonesia menghadapi ancaman krisis pangan global. Berbagai komoditas pertanian potensial diperkuat produksinya melalui berbagai langkah, seperti penggunaan benih unggul, pemodalan melalui skema KUR dan mekanisasi pertanian dalam skala yang lebih luas.
"Yang pasti kita terus melakukan berbagai upaya agar produksi untuk menguatkan cadangan pangan Indonesia. Sehingga inflasi kita dapat kita jaga," ujarnya.