Jumat, 03 Juni 2022 17:08

Turki Resmi Berganti Nama

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi. (Foto: Unsplash/Meg Jerrard)
Ilustrasi. (Foto: Unsplash/Meg Jerrard)

"Perubahan nama mungkin tampak konyol bagi sebagian orang, tetapi itu menempatkan Erdogan dalam peran pelindung, menjaga rasa hormat internasional terhadap negara itu," kata profesor Universitas Georgetown, Mustafa Aksakal.

RAKYATKU.COM - Atas perintah Presiden Recep Tayyip Erdogan, pemerintah Turki telah menyampaikan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait keinginan mulai sekarang disebut "Turkiye" dalam semua bahasa.

Demikian diumumkan PBB, Kamis (2/6/2022) waktu setempat, seperti diberitakan AFP, Jumat (3/6/2022). "Perubahannya segera," kata juru bicara Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Stephane Dujarric.

Dujarric mengatakan surat resmi Ankara yang meminta perubahan itu telah diterima di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Rabu (1/6/2022) waktu setempat.

Baca Juga : Erdogan Menangkan Pilpres Turki

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavasoglu, telah mencuit di Twitter foto dirinya yang menandatangani surat itu yang ditujukan kepada Sekje PBB, Antonio Guterres.

"Dengan surat yang saya kirimkan ke Sekjen PBB hari ini, kami mendaftarkan nama negara kami dalam bahasa asing di PBB sebagai 'Turkiye,'" tulisnya di Twitter.

Langkah ini merupakan inisiatif yang dimulai oleh Presiden Erdogan yang telah memimpin negara itu selama hampir dua dekade.

Baca Juga : Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Capai 28.000 Orang

Selama beberapa tahun terakhir, negara tersebut telah berupaya mengubah merek pada produknya dari "buatan Turki" menjadi "buatan Turkiye".

Selain membuat nomenklatur PBB sesuai dengan ejaan negara tersebut dalam bahasa Turki, pembaruan ini juga akan membantu membedakan negara tersebut dari burung dengan nama yang sama dalam bahasa Inggris.

"Perubahan nama mungkin tampak konyol bagi sebagian orang, tetapi itu menempatkan Erdogan dalam peran pelindung, menjaga rasa hormat internasional terhadap negara itu," kata profesor Universitas Georgetown, Mustafa Aksakal, dikutip The New York Times. (*)

#Turki #Turkiye #Recep Tayyip Erdogan