Kamis, 31 Maret 2022 14:15

Ketum PBNU Gus Yahya: Kategori Kafir Tidak Relevan di Negara Bangsa Modern

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Yahya Cholil Staquf.
Yahya Cholil Staquf.

"Kami pada waktu itu dengan membuat kesimpulan bahwa kategori nonmuslim atau kafir sesungguhnya tidak relevan dalam konteks negara bangsa modern," kata Gus Yahya.

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menyebut kategori kafir atau nonmuslim adalah istilah yang tidak relevan dalam negara bangsa modern.

Gus Yahya mengatakan, gagasan itu adalah kesimpulan yang disepakati ulama PBNU. Hal ini berkaitan dengan upaya mengurangi permusuhan antarumat beragama. "Kami pada waktu itu dengan membuat kesimpulan bahwa kategori nonmuslim atau kafir sesungguhnya tidak relevan dalam konteks negara bangsa modern," kata Gus Yahya dalam webinar Majelis Ulama Indonesia (MUI), Rabu (30/3/2022).

Hal semacam ini, kata dia, juga dilakukan umat beragama lain seperti pemimpin agama di Vatikan dan kelompok dalam umat Yahudi.

Baca Juga : PBNU Siap Tampung Santri Al-Zaytun Pasca Penetapan Tersangka Panji Gumilang

Gus Yahya mengungkapkan, pada 2016 lalu muncul kelompok yang menamakan diri sebagai Yahudi Konservatif. Kelompok ini mengaku masih memegang Taurat, tetapi membuka peluang penafsiran baru.

Kelompok ini berbeda dengan Yahudi Ortodoks yang memegang Taurat dan tidak mau membuat interpretasi sama sekali serta Yahudi Reformis yang membangun nilai baru tanpa melihat teks Taurat.

Gus Yahya mengungkapkan, Yahudi Konservatif lalu mengumumkan dokumen pertobatan. Mereka menyebut secara terang-terangan bahwa dalam wacana Yahudi klasik terdapat wawasan agama yang merendahkan kelompok di luar Yahudi.

Baca Juga : Hari Ini, Lembaga Falakiyah PBNU Gelar Rukyatul Hilal Awal Ramadan 1444 H

"Dalam wacana Yahudi klasik memang ada wawasan keagamaan yang misalnya merendahkan kelompok di luar Yahudi, menganggap ras di luar Yahudi yang inferior," ucapnya.

Kelompok itu kemudian menuntut pembentukan wawasan alternatif sehingga orang Yahudi lebih siap hidup berdampingan dengan damai dan setara dengan kelompok lain.

Yahya mengatakan, upaya semacam ini penting dilakukan untuk mengurangi mindset permusuhan dan kebencian satu sama lain.

Baca Juga : Gus Yahya: Tidak Usah Main Sentimen Identitas

"Saya kira ini merupakan PR kita bersama, bukan hanya PR umat Islam saja, tapi juga PR seluruh kelompok agama-agama di belahan mana pun," katanya. (*)

Sumber: CNN Indonesia

#PBNU #Yahya Cholil Staquf