Kamis, 24 Februari 2022 12:16

Indonesia Jadi Hub Vaksin mRNA Asia Tenggara

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

PT Bio Farma akan menjadi perusahaan Indonesia yang memproduksi vaksin mRNA. Perusahaan juga berperan sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara.

RAKYATKU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempercayakan Indonesia untuk membangun hub atau pusat produksi vaksin COVID-19 berbasis messenger RNA (mRNA) di kawasan Asia Tenggara.

Program WHO ini dilaksanakan di bawah mRNA vaccine technology transfer hub atau Pusat Alih Teknologi mRNA. Tujuannya, untuk mendorong alih teknologi secara luas dan cepat ke beberapa negara.

WHO menyampaikan program ini akan meningkatkan produksi vaksin khususnya di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Selain itu, program alih teknologi mRNA juga memberikan jaminan tidak hanya terhadap vaksin COVID-19, tetapi juga untuk penyakit lain termasuk malaria, TBC, dan kanker.

Baca Juga : Kemendikbudristek Kembali Gelar Pekan Kebudayaan Nasional, “Merawat Bumi Merawat Kebudayaan”

"Kemampuan Indonesia di bidang teknologi mRNA akan membantu pemenuhan kebutuhan domestik atau kawasan atas vaksin berbasis mRNA serta pengembangan dan pembuatan obat terapi," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, dari pusat WHO di Jenewa, Swiss, Rabu (23/2/2022) waktu setempat.

"Alih teknologi ini akan berkontribusi dalam memastikan akses setara terhadap obat-obatan agar kita dapat pulih bersama dan pulih menjadi lebih kuat, recover together recover stronger," imbuhnya.

Retno mengatakan, PT Bio Farma akan menjadi perusahaan Indonesia yang memproduksi vaksin mRNA. Perusahaan juga berperan sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara.

Baca Juga : WHO Akhiri Status Darurat Kesehatan Global Covid-19

"Bio Farma sebagai pihak yang menjadi mitra di dalam negeri merupakan produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per tahun dan Bio Farma memproduksi 14 jenis vaksin dan telah mengekspor ke 150 negara," papar Retno.

Retno melanjutkan, program ini menjadi solusi yang dibutuhkan negara berkembang. "Kita benar-benar berharap kerja sama ini akan dapat mempersempit kesenjangan vaksin," ucapnya.

"Ini merupakan salah satu jalan untuk memastikan kesetaraan akses vaksin dan obat-obatan bagi semua negara, terutama negara berpenghasilan rendah dan menengah."

Baca Juga : WHO: Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Bisa Capai 20 Ribu Jiwa

Sebagai penerima alih teknologi, Indonesia nantinya akan mendapatkan pelatihan teknis pada skala industri, tata cara pengembangan vaksin skala laboratorium/klinis dan teknik quality control serta lisensi yang terkait.

Sementara dari pernyataan minat alih teknologi yang diterima WHO, ada banyak negara yang telah menerima alih teknologi tersebut. Dari Asia, ada Indonesia, Bangladesh, Pakistan, dan Vietnam. (*)

Sumber: CNBC Indonesia

#WHO #Indonesia #Retno Marsudi