Rabu, 13 Oktober 2021 21:29

Lestarikan Budaya, Petani di Parepare Gelar Tradisi Mappalili

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Lestarikan Budaya, Petani di Parepare Gelar Tradisi Mappalili

Karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, setiap kelompok tani hanya diundang tiga orang.

RAKYATKU.COM,PAREPARE - Mappalili salah satu tradisi yang dilakukan para petani di Kota Parepare untuk menentukan waktu dan jenis bibit menjelang musim tanam.

Tradisi tersebut terbilang unik dan memiliki makna pengharapan yang masih terus dipertahankan hingga saat ini oleh Sanggar Tani Galung Lompoe.

Acara mappalili tahun ini pertama kalinya dihadiri langsung Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan (PKP) Wildana, dan Camat Bacukiki Kota Parepare, Saharuddin, di Kelurahan Lemoe, Rabu (13/10/2021).

Baca Juga : Kinerja Baik Awasi Tata Ruang, Abdul Hayat Terima Penghargaan di HUT Sulsel

Usai kegiatan Mappalilili, Kepala Dinas PKP Wildana, yang didampingi Camat Bacukiki, Saharuddin mengatakan, acara mappalili ini merupakan salah satu acara yang rutin dilaksanakan tiap tahun, dan merupakan warisan budaya yang sudah turun temurun.

"Ada kebersamaan di dalamnya, kekompakan, gotong royong dan semua terangkum dalam kegiatan mappalili ini yang hampir semua kelompok tani di Kota Parepare ada berkumpul di acara ini," jelas Wildana.

Namun karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, setiap kelompok tani hanya diundang tiga orang.

Baca Juga : DPRD Kota Parepare Gelar Paripurna Penyerahan KUA PPAS TA 2025

Wildana berharap, agar acara mappalili ini tetap dilestarikan sebagai aset budaya sosial bagi masyarakat petani, khususnya di Kota Parepare.

Senada disampaikan Camat Bacukiki, Saharuddin. Acara mappalili ini mengandung makna bahwa keberadaan warga yang hadir dalam acara ini mulai dari keliling sawah dengan beriringan semua komponen masyarakat untuk ikut di dalamnya menandakan bahwa di sini harus ada kebersamaan, ada kegotongroyongan, dan kerja sama.

Baca Juga : Ribuan Peserta Ikuti Jalan Sehat Semarak HUT ke-355 Sulsel di Parepare

"Sehingga sesulit apapun pekerjaan yang dihdapi nantinya para petani ini, kita bersatu padu, mulai dari tingkat RT/RW ke bawah kelompok tani, stakeholder, SKPD terkait, kita menyatu di dalamnya sehingga permasalahan masyarakat bisa ditangani secepatnya," pungkas Saharuddin yang merupakan putra asli Bacukiki ini.

Tradisi mappalili ini dipimpin pemimpin adat ataupun imam yang biasa memimpin doa. Kegiatan diawali dengan penggunaan alat bajak sawah mengelilingi areal sawah. Kemudian dilanjutkan dengan ritual mengelingi areal sawah yang dipimpin pemimpin adat/imam diikuti para petani serta aparatur sipil yang turut serta mengambil bagian.

Pada separuh perjalanan, pemimpin adat/imam diikuti petani kemudian berhenti untuk melafalkan doa. Doa berisi harapan agar hasil panen melimpah, mencukupi kebutuhan penduduk, lalu dilanjutkan lagi berjalan sejauh satu putaran areal sawah.

Baca Juga : Sambut HUT ke-355 Sulsel, Pemkot Parepare Gelar Zikir dan Tasyakuran

 

Penulis : Hasrul Nawir
#Pemkot Parepare