Selasa, 12 Oktober 2021 19:37

Mentan SYL Panen Raya Padi Pertanaman 4 Kali Setahun di Sukoharjo

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri).

Sistem pertanaman padi empat kali setahun merupakan salah satu terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi padi, meningkatkan ketahanan pangan nasional, dan nilai tambah yang diperoleh petani.

RAKYATKU.COM - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), bersama Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, melakukan panen padi hasil indeks pertanaman empat kali setahun di Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (12/10/2021).

Sistem pertanaman padi empat kali setahun merupakan salah satu terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi padi, meningkatkan ketahanan pangan nasional, dan nilai tambah yang diperoleh petani.

"Negara ini tidak boleh kalah dengan negara lain dan kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin. Yang paling tersedia di depan mata kita untuk memperbaiki negara adalah sektor pertanian. Tanam padi dengan IP 400 artinya tanam empat kali setahun, ini meningkatkan produksi dan pendapatan petani," demikian dikatakan Mentan SYL dalam kegiatan panen padi tersebut.

Baca Juga : Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Mantan Gubernur Sulsel dua periode ini menjelaskan kegiatan panen di Kabupaten Sukoharjo ini untuk memastikan lahan yang yang cukup baik harusnya tidak dimanfaatkan untuk penanaman padi hanya 1, 2, dan 3 kali dalam setahun, tetapi harus bisa hingga 4 kali setahun. Saat ini Kabupaten Sukoharjo mampu membuktikan seluas 2.000 hektare menanam padi empat kali setahun.

"Tadi kita sudah tanya ke petani, hasilnya dalam satu musim tanam itu di atas Rp30 juta. Kalau cuman tanam dua kali setahun, hanya dapat Rp 60 juta dan membuang waktu juga dalam setahun. Jadi tanam padi empat kali setahun benar-benar menambah produksi dan penghasilan petani," jelasnya.

Mentan SYL menyebutkan, untuk mewujudkan program penanaman padi empat kali setahun tentunya harus didukung dengan ketersediaan air, varietas padi unggul, mekanisasi, korporasi petani, dan kelembagaannya harus disusun sehingga dari hulu ke hilir terintegrasi sehingga aspek pemasaran pun terjamin. Sesuai perintah Presiden Jokowi, lahan-lahan pertanian yang terkonsetrasi di atas 8.000 hektare harus ditingkatkan kelas rice milling unit (RMU) atau penggilingan padinya.

Baca Juga : Irjen Kementan Jebolan KPK Naik Pangkat Bintang Tiga

"Saya sudah minta tadi sama Bupati agar ada RMU yang harus kita naikkan kelasnya agar menjadi persiapan kita lakukan ekspor. Tentu saja ini model tidak hanya untuk Sukoharjo tapi kita terapkan di seluruh Indonesia," terangnya.

"Tanam padi empat kali setahun ini adalah model untuk mengoptimalkan lahan. Jika saja lima bulan lahan itu dibiarkan tidak tertanami itu artinya ada 1,5 musim tanam yang tidak terpakai berproduksi. Nah, ini harus kita kerja dengan mekanisasi dan pelatihan atau keterampilan kepada petani," sambung Mentan SYL.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani mengatakan Kabupaten Sukoharjo meskipun sebagai kabupaten nomor dua terkecil di Provinsi Jawa Tengah, tiap tahunnya selalu surplus padi tidak kurang dari 102 ton. Realisasi produksi padi 2020 sebesar 310.778 ton dengan produktivitas padi rata-rata 6,8 ton per hektare.

Baca Juga : Kementan - TNI Bersinergi Wujudkan Lampung Jadi Sentra Produksi Beras Nasional

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di tahun 2021 ini Kabupaten Sukoharjo mendapat alokasi program optimalisasi peningkatan indeks pertanaman seluas 2.000 hektar. Adanya program tanam padi empat kali setahun ini sangat disambut baik petani, bahkan petani sanggup memperluas luas lahannya hingga 5.000 hektare," ujar Etik.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menambahkan program intensifikasi penanaman empat kali setahun merupakan solusi dari berkurangnya areal lahan karena alih fungsi lahan serta pertambahan penduduk.

Kunci program ini ada tujuh, pertama yaitu semai di luar bisa dengan sistem culik, dapog atau tray dan menggunakan benih umur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar.

Baca Juga : Gelar Panen di Pati, Kementan Sebut Produksi Jagung Nasional Awal 2024 Naik Tajam

Kedua, lanjut Suwandi, melakukan mekanisasi pertanian supaya hemat waktu dan tenaga. Ketiga, pemakaian pupuk kimia dikurangi secara bertahap hanya urea 25 kilogram per musim per hektare dan menggunkan unsur hara dari kompos, limbah tanaman, dan limbah ternak.

Keempat, pola tanam empat kali setahun terdiri atas padi-palawija-padi-palawija, padi-padi-palawija-padi, padi-padi-padi-padi atau pola tanam lainnya sesuai kondisi setempat.

Kelima, hemat penggunaan air dari sumur/embung/pompa air di lahan kering atau tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.

Baca Juga : Ini Solusi Darurat Kementan Atasi Dampak Banjir di Pati

Keenam, menerapkan integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi organisme pengganggu tanaman. Ketujuh, melakukan hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR.

“Penerapan pertanaman empat kali setahun berarti mengatur fluktuasi panen karena tanam padi musiman. Karena setahun empat kali tanam, berarti proses produksi tidak pernah berhenti,” tuturnya.

"Ini adalah program yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam upaya mendorong petani melakukan optimalisasi indeks pertanian sehingga dapat menanam dan memanen padi sampai dengan 4 kali dalam setahun, dari mulai persemaian sampai panen pada hamparan yang sama. Ke depan, dengan capaian surplus dan kualitas yang bagus, kita lakukan ekspor," imbuh Suwandi.

Penulis : Usman Pala
#Kementerian Pertanian