Sabtu, 14 Agustus 2021 14:03

COVID-19 Varian Lambda Bisa Netralkan Vaksin

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Penelitian yang didukung oleh The Genotype to Phenotype Japan (G2P-Japan) Consortium menunjukkan, varian lambda daya tularnya lebih tinggi dan mahir dalam menetralkan antibodi yang ditimbulkan vaksinasi.

RAKYATKU.COM - Varian COVID-19 lambda yang menyebar di Amerika Selatan terbukti sama ganasnya dengan varian delta. Ini berdasarkan studi para peneliti Jepang.

Lambda diketahui telah menyebar di 26 negara, termasuk di Chili, Peru, Argentina, dan Ekuador.

"Kasus Covid-19 di Chili melonjak pada musim semi 2021, padahal tingkat vaksinasi di sana relatif tinggi dengan sekitar 60 persen warganya telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19," ujar para penulis, dikutip New York Post, Sabtu (14/8/2021).

Baca Juga : WHO: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Munculkan Virus Corona Varian Baru

Penelitian yang didukung oleh The Genotype to Phenotype Japan (G2P-Japan) Consortium menunjukkan, varian lambda daya tularnya lebih tinggi dan mahir dalam menetralkan antibodi yang ditimbulkan vaksinasi.

Chili sejauh ini mengandalkan vaksin produksi Sinovac Biotech, vaksin yang dikembangkan menggunakan virus yang sudah dimatikan untuk memproduksi antibodi COVID-19.

Biar begitu, dokter tetap mengimbau masyarakat untuk mendapatkan dosis lengkap vaksin COVID-19. Sebab, vaksin dapat mencegah orang sakit parah ketika terinfeksi virus corona dengan aneka variannya.

Baca Juga : WHO Sebut Virus Corona Akan Jadi Bagian Ekosistem

Beragam studi telah menunjukkan bahwa vaksin efektif mengurangi angka kematian akibat COVID-19. Lalu, dosis penguat mungkin diperlukan, sesuatu yang tengah dipertimbangkan Food and Drug Administration untuk diberikan kepada orang dengan sistem imun yang lemah.

Dalam perkiraan para ahli, lambda muncul di suatu tempat di Amerika Selatan antara November hingga Desember 2020. Sejak saat itu pula, lambda muncul di negara-negara di seluruh Eropa, Amerika Utara, dan beberapa kasus yang lebih terisolasi di Asia, menurut data GISAID sebagai inisiatif sains global dan sumber utama yang menyediakan akses terbuka ke data genom virus influenza dan virus corona tipe baru yang menjadi penyebab pandemi COVID-19.

#Virus Corona #Varian Lambda