RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Direktur Utama (Dirut) Terminal Metro Makassar, Arsony, seperti sudah hilang kesabaran menghadapi warga liar yang menghuni Terminal Regional Daya (TRD).
Arsony mengatakan, mereka sudah beranak pihak di area terminal. Tidak sampai di situ, mereka juga menggunakan fasilitas terminal semaunya seperti air dan listrik. Parahnya lagi, nyambi sebagai calo penumpang atau biasa disebut "aheng".
Mereka dinilai telah mengganggu aktivitas dalam TRD dan kenyamanan penumpang. Hal ini berbeda dengan penjual buah-buahan yang telah berhasil ditata secara persuasif.
Baca Juga : Wawali Makassar Dukung PD Terminal Tingkatkan Pendapatan lewat Kerja Sama Ekspedisi
"Kami 1x24 di terminal sudah bosan memperingatkan. Kalau penjual buah sudah bisa kita atasi dengan cara persuasif. Diarahkan menjadi teratur, tapi yang mereka ini tidak mau diatur. Kalau tidak memuat penumpang, datang lagi berteriak-teriak. Dia mau ambil paksa penumpang mau kasih naik di mobilnya semua. Gaya-gaya preman," kata Arsony.
Untuk memuluskan aktivitas penghuni liar dalam terminal, bahkan ada yang mengaku sebagai pengurus perusahaan otobus (PO). Olehnya itu, Arsony menegaskan akan mendata kembali unsur-unsur yang terdapat di dalam TRD.
"Ada yang berkedok sebagai pengurus PO, tapi PO sendiri mengingkari bahwa tidak punya perwakilan di dalam. Makanya mungkin mulai besok saya melakukan pendataan ulang semua unsur yang ada di terminal. Karena tidak ada warga terminal," sebutnya.
Baca Juga : Hari Ini, 2.500 Orang Diprediksi "Curi Start" Mudik di Terminal Regional Daya Makassar
Selain itu, pihaknya pun akan membicarakan masalah tersebut kepada Pemerintah Kota Makassar. Sekaligus meminta solusi untuk menghilangkan gangguan warga liar yang mengganggu kenyamanan penumpang terminal. Apakah menghadirkan penjagaan Satpol PP sebagai penegak hukum atau solusi lain.
"Dalam waktu dekat kami akan audiensi dengan Wali Kota (Mohammad Ramdhan Pomanto) membahas persoalan ini. Standar persoalan keamanan kita di terminal. Apa pun solusi yang diberikan kita akan terima. Kami akan mengutarakan ini sebagai masalah karena ini, kan, sarana publik," sebutnya.
Dengan budaya terminal yang keras, mau tidak mau, kata Arsony, mereka harus mengupayakan kenyamanan penumpang meski tidak memiliki pengamanan.
Baca Juga : Viral Video Dirut Terminal Makassar Bawa Parang, Danny: Tidak Pantas, Saya Akan Panggil
"Kami sebagai karyawan PD terminal, jajaran Perusda ini tidak mungkin mampu, budaya terminal ini, kan, budaya sangat keras. Kita tidak pernah dilatih. Kita ini Perusda karena tidak ada perangkat keamanan, karyawan tidak mungkin kita gunakan untuk berjibaku, tapi mau tidak mau. Siapa lagi yang bertanggung jawab terhadap kenyamanan publik kalau bukan kami," tambahnya.
Meski tidak memiliki pengamanan, pihaknya selama ini tetap memaksimalkan walaupun mengalami gangguan dari penghuni liar terminal. Olehnya itu, dia berharap ke depan persoalan penghuni liar atau aheng yang menggangu kenyamanan penumpang dan terminal dapat diatasi.
"Penumpang bayar retribusi masuk ke dalam. Jadi saya pikir siapa yang mau saya lindungi. Masa saya berlaku manis ke kalian yang mengganggu pelayanan di terminal. Makanya, jangankan parang. Kalau bazoka saya punya, bazoka juga saya kasih turun," tegasnya.