RAKYATKU.COM - muhammadiyah">Muhammadiyah memutuskan awal waktu salat subuh ditambah delapan menit.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, mengatakan penentuan awal subuh harus akurat sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis.
Masalah penentuan awal waktu subuh, kata dia, juga pernah dibahas pada Musyawarah Nasional Tarjih ke-13 2020. Para ulama Muhammadiyah saat itu membahas waktu terbitnya fajar dalam menentukan awal masuk waktu subuh.
Baca Juga : Jalan Sehat Musda ke 13 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Bupati Wajo Harap Jadi Momen Eratkan Ukhuwah
"Mengapa Majelis Tarjih mengangkat persoalan ini karena banyaknya pertanyaan, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai belahan dunia," kata Syamsul melalui situs resmi Muhammadiyah dikutip pada Ahad (14/3/2021).
"Misalnya di Maroko sejumlah pemuda dengan sengaja menyantap makanan di bulan Ramadan pada saat azan subuh berkumandang sebagai sikap protes bahwa jadwal resmi masih terlalu pagi," ucapnya.
Syamsul menjelaskan, persoalan awal penentuan waktu subuh terjadi saat kedatangan dai asal Timur Tengah di Indonesia.
Baca Juga : Dihadiri Ribuan Simpatisan, Bupati Indah Buka Musda V Muhammadiyah Luwu Utara
Dai itu merasa heran sudah terdengar suara azan, padahal langit masih gelap. Meski demikian, tidak disebutkan awal mula kapan pendakwah Timur Tengah itu pertama kali datang ke Indonesia.
Berdasarkan hasil kajian, Muhammadiyah kini berpegangan pada parameter terbit fajar dengan ketinggian matahari berada di -18 di bawah ufuk. Angka tersebut telah dikoreksi dari sebelumnya -20 di bawah ufuk.
Dengan berkurangnya nilai ketinggian matahari di bawah ufuk, Muhammadiyah memutuskan waktu awal salat subuh ditambah menjadi 8 menit.