RAKYATKU.COM - Di Uganda 20 tahun lalu, terdapat sebuah sekte yang meyakini bahwa kiamat akan terjadi pada bulan Maret tahun 2000. Mereka percaya, dunia akan berakhir saat tahun millenium tersebut.
Namun siapa sangka, sekte yang memiliki ratusan pengikut tersebut justru melakukan pembantaian yang mengerikan terhadap para pengikutnya.
Judit Ariho menceritakan kembali peristiwa pembantaian gereja yang merenggut nyawa sang ibu, dua saudara kandung, dan empat kerabatnya. Dikutip dari BBC via Kepoo.me, Ariho menuturkan dengan jelas peristiwa berdarah yang terjadi pada Maret tahun 2000, tepat 20 tahun silam di Distrik Kanungu, Uganda.
Baca Juga : Heboh, Pria Memakai Kaos Oblong Bersarung Biru Munculkan Uang dari Balik Bantal
Ariho masih ingat ketika 700 orang dikunci di dalam sebuah gereja, pintu dan jendelanya dipaku, dan mereka pun dibakar hidup-hidup. Setelah dua dekade berselang, peristiwa tersebut masih menghantui Ariho. Bahkan saat ini trauma dari peristiwa itu pun tak kunjung pulih.
Mereka yang menjadi korban adalah anggota Gerakan Pemulihan Sepuluh Perintah Allah, sebuah kultur kiamat yang percaya bahwa dunia akan menemui akhirnya saat pergantia milenium.
“Akhir zaman sekarang” sebagaimana yang dinyatakan oleh salah satu buku kultus tersebut. Setelah dua puluh tahun berselang, tak ada satu pun yang dituntut atas pembantaan ini. Para pemimpin kultus tak pernah ditemukan hingga saat ini.
Baca Juga : Wanita Ini Cek Rekening Bank Setelah 60 Tahun, Perubahan Saldonya Bikin Kaget
Tak hanya Ariho, Anna Kabeireho yang tinggal di lereng bukit yang dimiliki sekte itu pun belum bisa lupa dengan kejadian mengenaskan tersebut.
“Semuanya tertutup asap, jelaga, dan bau daging yang terbakar” ungkap Anna.
Para penduduk sekitar berlarian ke lembah saat peristiwa itu terjadi. Mereka melihat api yang masih menyala dan menemukan lusinan mayat. Mayat-mayat tersebut terbakar hangus dan tidak bisa dikenali.
Baca Juga : Viral Petani Ukraina "Curi" dan Tarik Tank Rusia Pakai Traktor
Kami menutup hidung kami dengan daun aromatik untuk menangkal bau. Selama beberapa bulan sesudahnya, kami tidak bisa makan daging.
Ursula Komuhangi, Credonia Mwerinde, Joseph Kibwetere, dan Dominic Kataribabo mendaftarkan kultus itu sebagai kelompok denngan tujuan mematuhi Sepuluh Hukum dan memberitakan firman Yesus Kristus.
Ariho bersama keluarganya bergabung bersama kelompok tersebut saat ia masih berusia 10 tahun. Ibunya sebagai orangtua tunggal berjuang sendiri membesarkan Ariho dan kedua saudaranya. Saat memutuskan bergabung dengan kultus tersebut, para pemimpin mengatakan bahwa mereka memiliki doa dan rasa memiliki.
Baca Juga : Pria Ini Kesulitan Bernapas Bertahun-tahun, Ternyata Ada Gigi Tumbuh di Rongga Hidung
Tak hanya melakukan pembantaian, para pemimpin sekte pun dicurigai telah melakukan pembunuhan dan penyiksaan. Beberapa hari setelah pembantaian, ditemukan lubang-lubang yang besar dan dalam yang berisi puluhan mayat.
Motif pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan para pemimpin sekte tak diketahui hingga saat ini. Salah satu kerabat pemimpin kultus, Kibwtere, mengatakan bahwa temannya bukan seorang pembunuh. Ia yakin ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.
Pihak kepolisian memulai pencarian para pemimpin sekte pada April 2000. Tak diketahui apakah para pemimpin sekte tersebut ikut tewas dalam peristiwa kebakaran atau melarikan diri dan masih hidup hingga saat ini.