RAKYATKU.COM,JENEPONTO -- Mampu diterima pasar internasional menjadi salah satu indikator keberhasilan produk yang dihasilkan UMKM saat ini.
Hal ini mengharuskan produk UMKM memiliki kualitas dan mampu membaca dinamika dan peluang pasar internasional.
Khusus di Kabupaten Jeneponto, Tim Penggerak PKK bersama Dinas Perdaganhan dan Dinas Perindustrian mulai menyiapkan produk UMKM menembus pasar ekspor melalui bimbingan teknis bagaimana memulai ekspor bagi 30 UMKM di Jeneponto.
Baca Juga : Desa Wisata Kassi Rumbia, Jadi Tuan Rumah Peluncuran Program Ekosistem Keuangan Inklusif
Ketua TP PKK Sulsel, Lies F Nurdin menuturkan, pemerintah terus berupaya mendorong dan menyediakan berbagai fasilitas agar pelaku UMKM mampu menghasilkan produk yang diminati pasar luar negeri.
"Jadi UMKM tidak hanya produksi, tetapi bagaimana produksinya bisa bernilai jual, memiliki mutu yang bisa diterima pasar nasional dan bahkan bisa diekspor," jelas Lies membuka kegiatan coaching clinic yang digelar di Binamu Hotel, Jeneponto, Senin (14/12/2020).
Salah seorang peserta, Jumiati Rahman (35) yang berhasil memproduksi abon kuda dan menjual produknya hampir ke seluruh kota besar di Indonesia.
Baca Juga : Pemkab Jeneponto dan PLN Punagaya Jajaki Kerjasama Pemanfaatan Limbah Bonggol Jagung
Abon kuda itu kini jadi oleh-oleh "wajib" tamu luar negeri yang berkunjung ke Jeneponto. Ia menuturkan, cukup terbantu dengan berbagai inisiatif untuk mendorong usahanya mencapai pasar ekspor.
"Dorongan pemerintah kepada usaha kami sangat besar. Kami diberi berbagai bimbingan teknis terkait meningkatkan nilai jual produk yang kami olah, bagaimana mengemas hingga informasi negara tujuan mana saja yang berminat dengan produk yang kami hasilkan," tuturnya di sela kegiatan coaching clinic yang ia ikuti.
Jumiati menuturkan, usaha abon kuda miliknya kini mampu menjual lebih 10 kilogram dalam sebulan dengan omzet usaha mencapai lebih dari lima juta rupiah.
Baca Juga : Sabung Ayam di Jeneponto Berujung Tragis, 1 Tewas dan Dua Orang Kritis di Rumah Sakit
"Modal usaha kami mulai dengan Rp1,5 juta. Kini omzet kami sebulan sudah bisa lebih dari Rp5 juta," ungkapnya.
Ia menceritakan, produksi abon kuda sepenuhnya ia kerjakan dari rumahnya bersama lima orang pekerja.
"Mulai dari proses beli daging kuda di pasar, kami proses secara alami, hingga jadi abon dan kami kemas," sebutnya.
Baca Juga : Kanwil Kemenkumham Sulsel Lakukan Pendampingan Penilaian KKP HAM dan Pelaporan Aksi HAM di Tiga Kabupaten
Selain Jumiati, beberapa peserta lain juga berhasil menembus pasar nasional. Produknya yakni minyak sereh, susu kurma, dan kopi. Minyak sereh juga menjadi oleh-oleh "wajib" tamu mancanegara yang berkunjung ke kabupaten penghasil garam terbesar di Sulsel ini.
Tenaga Ahli Bidang Implementasi Perjanjian Perdagangan Internasional Dinas Perdagangan Sulsel, Chairil Burhan yang menjadi pemateri pada pelatihan ini menuturkan, para peserta umumnya telah memiliki produk dengan kualitas premium. Namun, masih perlu didorong untuk mampu melihat situasi pasar yang dinamis.
"Rata-rata mereka sudah punya produk. Jadi sudah bisa disebut enterpreneur. Jadi yang perlu diproses adalah semangat, keberanian mereka dengan dinamika pasar yang terus berkembang," jelasnya.