RAKYATKU.COM - Penggerek Batang Padi (PBP) merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan (OPT) utama yang paling sering menyerang tanaman padi.
Ada berbagai jenis PBP salah satunya adalah PBP Kuning yang paling sering ditemui menyerang tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan dari serangan hama PBP pada masa vegetatif yaitu sundep ditandai dengan pucuk batang padi kuning mengering dan mudah dicabut.
Pada masa generatif gejala serangan PBP yaitu beluk ditandai dengan bulir padi yang hampa karena pengisian biji yang tidak sempurna. Hal ini dapat mengurangi hasil produksi padi petani dan tentunya akan berpengaruh pada produksi pangan nasional.
Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam
Kepala Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT), Enie Tauruslina mengungkapkan, sebagai salah satu upaya dalam pengamanan produksi untuk menjaga agar produksi tetap aman, Bimtek Gerdal adalah salah satu solusinya.
"BBPOPT beserta jajaran dari Kementerian Pertanian berkomitmen untuk mengawal kegiatan pengamanan produksi pangan nasional sehingga kami terus bergerak di lapangan untuk pengamanan produksi," tutur Enie.
Bimtek dan Gerdal Penggerek Batang Padi (PBP) dilakukan di Kelompok Tani Srijaya VII, Desa Rancajaya, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat. Materi bimtek yang disampaikan yaitu pengelolaan PBP, kaidah enam tepat dalam aplikasi pestisida, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pembuatan larutan pekat.
Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan
“Untuk mengetahui strategi pengendalian yang tepat tentang PBP di lapangan diperlukan pengetahuan tentang dinamika populasi PBP itu,” ucap Irwan saat ditemui pada kegiatan bimtek.
PBP dapat berkembang 2-3 generasi setiap musim tanam, dengan siklus hidup telur 4-8 hari, larva 19-29 hari, pupa 8-12 hari dan ngengat 4-7 hari. Ngengat hama ini mampu terbang 4-10 km dengan bantuan angin dan tertarik dengan cahaya di malam hari saat terbang.
Ngengat PBP mampu bertelur 200-500 butir dan larva yg telah menetas dapat menyerang dua sampai tiga batang dan berpindah dengan benang larva, air atau angin (berayun). Waktu yang diperlukan larva untuk masuk ke dalam batang adalah 10 hingga 24 jam.
Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel
Irwan menjelaskan pada saat puncak penerbangan atau pada saat ditemukan kelompok telur di lapangan dapat dilakukan pemasangan pias parasitoid. Hal ini bertujuan agar parasitoid berada pada saat yang tepat ketika telur belum menentas sehingga dapat memparasitasi kelompok telur PBP.
“Efektivitas penggunaan pias Trichogramma sp. antara 30-70 persen. Tergantung kondisi lingkungan. Namun cara tersebut dapat mengurangi biaya dan aman bagi lingkungan,” tambah Irwan.
Secara sederhana petani dapat mengamati penerbangan ngengat PBP pada lampu rumah. Pada saat itu, petani dapat melihat di pertanaman dan mengumpulkan kelompok telur PBP lalu disimpan dalam platsik dan diamati perkembangan kelompok telur setiap hari.
Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel
Jika sebagian besar telur sudah menetas menjadi larva, maka saat itu adalah saat yang tepat untuk mengendalikan larva di pertanaman. Pengendalian paling efektif maksimal hingga 15 hari setelah penetasan.
Lebih lanjut Irwan menegaskan bahwa pengendalian PBP harus dituntaskan di persemaian. Jika ditemukan kelompok telur >0,3/m2 dan telah menetas dapat dilakukan aplikasi insektisida berbahan aktif karbofuran dengan dosis 4 – 6 kg/500 m2. Jika tuntas di persemaian dapat dipastikan aman di pertanaman sehingga beban pengendalian PBP berkurang.
Pada kesempatan yang sama, tim BBPOPT melakukan pangamatan keadaan lapang pada pertanaman berumur 35-45 HST varietas inpari 32 dan menemukan serangan PBP dengan intensitas 24,2 persen.
Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu
Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan pengendalian menggunakan insektisida berbahan aktif Dimehipo 410 g/L bantuan dari pemerintah.
Rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh tim BBPOPT adalah melakukan evaluasi pengendalian dan merekomendasi untuk pengambilan kelompok telur serta memasukkan kelompok telur pada bumbung konservasi.
Terpisah, dalam arahannya Dirjen Tanaman Pangan Suwandi mengatakan bahwa pengamanan produksi juga menjadi bagian penting dalam pelaksanaan proses produksi. Adanya gangguan serangan OPT dan dampak perubahan iklim menurut Suwandi harus dilakukan antisipasi dini dan upaya pengendaliannya.
Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu
Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga telah memerintahkan kepada semua jajaran Kementerian Pertanian untuk terus mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan serangan penyakit dengan melakukan upaya-upaya maksimal untuk menjaga dan mengamankan produksi pangan nasional.