Sabtu, 19 September 2020 11:02

Virus Corona Tembus 30 Juta, Eropa di Ujung Tanduk

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Virus Corona Tembus 30 Juta, Eropa di Ujung Tanduk

Lebih dari 30 juta orang telah terinfeksi. Lebih dari 943.000 orang meninggal dunia sejak virus corona pertama kali muncul di China akhir tahun lalu. Eropa menyumbang 4,7 juta dari total kasus.

RAKYATKU.COM -- Infeksi virus corona kian mengkhawatirkan. Hingga Kamis (17/9/2020), angkanya tembus 30 juta.

Data itu diungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tingkat penularan paling parah terjadi seluruh Eropa. Organisasi itu mengingatkan agar tidak mempersingkat periode karantina.

"Lonjakan September seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua. Eropa mencetak rekor baru pekan lalu dengan sekitar 54.000 kasus dalam 24 jam," ujar Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge seperti dikutip dari AFP.

Baca Juga : WHO: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Munculkan Virus Corona Varian Baru

"Meskipun angka-angka ini mencerminkan pengujian yang lebih komprehensif, itu juga menunjukkan tingkat penularan yang mengkhawatirkan di seluruh kawasan," tambahnya dalam konferensi pers online dari Kopenhagen, Denmark.

Lebih dari 30 juta orang telah terinfeksi. Lebih dari 943.000 orang meninggal dunia sejak virus corona pertama kali muncul di China akhir tahun lalu. Eropa menyumbang 4,7 juta dari total kasus.

Di seluruh Eropa, pemerintah berjuang untuk menahan lonjakan kasus baru, sambil menghindari kerusakan baru pada ekonomi mereka.

Baca Juga : WHO Sebut Virus Corona Akan Jadi Bagian Ekosistem

Otoritas Prancis sedang mempersiapkan pembatasan yang lebih ketat di beberapa kota. Demi mengurangi lonjakan kasus Covid-19 yang telah melaporkan hampir 10.000 kasus baru per hari selama sepekan terakhir.

Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran mengatakan langkah-langkah baru akan diumumkan untuk Lyon dan Nice pada Sabtu, setelah pembatasan pada pertemuan publik diberlakukan pekan ini di Bordeaux dan Marseille.

Di Inggris, langkah-langkah baru berlaku mulai Jumat. Perdana Menteri, Boris Johnson memperingatkan bahwa pub mungkin harus tutup lebih awal untuk membantu menghindari "punuk kedua" kasus virus corona.

Baca Juga : Asal-usul Virus Corona Mungkin Tidak Akan Pernah Teridentifikasi

Penduduk Inggris timur laut, termasuk kota Newcastle dan Sunderland, tidak lagi diizinkan untuk bertemu orang di luar rumah mereka sendiri.

Pemerintah, yang menghadapi kritik atas kurangnya kapasitas pengujian, memberlakukan aturan di seluruh Inggris pada hari Senin yang membatasi sosialisasi kepada kelompok yang terdiri dari enam orang atau kurang.

Inggris telah menjadi negara terparah di Eropa dengan hampir 42.000 kematian.

Baca Juga : Virus Corona Varian Baru Muncul di Rusia, Lebih Menular Dibanding Delta

Sementara itu, kota Madrid menarik kembali rencana penguncian yang ditargetkan dan mengatakan akan bergerak untuk mengurangi mobilitas dan kontak di daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi.

Austria mengumumkan bahwa pertemuan dalam ruangan pribadi akan dibatasi untuk 10 orang. Termasuk semua pesta, acara pribadi, dan pertemuan di dalam ruangan.

Kanselir Sebastian Kurz telah memperingatkan awal pekan ini bahwa negara Alpen itu sedang memasuki gelombang kedua infeksi.

Baca Juga : Dokumen Setebal 900 Halaman Bocor, AS yang Danai Penelitian Virus Corona di Lab Wuhan

Di luar Eropa, Israel ditetapkan menjadi negara maju pertama yang memberlakukan penutupan nasional kedua, yang dimulai pada Jumat sore.

Pemerintahnya meminta ratusan warganya yang diblokir di perbatasan Ukraina-Belarusia untuk kembali ke rumah.

Sekitar 2.000 peziarah Yahudi Hasid, terutama dari AS, Israel dan Prancis, berkumpul di perbatasan yang telah ditutup oleh Ukraina hampir sepanjang bulan ini untuk mencegah penyebaran virus.

Baca Juga : Dokumen Setebal 900 Halaman Bocor, AS yang Danai Penelitian Virus Corona di Lab Wuhan

Para peziarah berharap bisa mencapai kota Uman untuk Tahun Baru Yahudi akhir pekan ini.

Israel memiliki tingkat infeksi virus tertinggi kedua di dunia setelah Bahrain, menurut penghitungan AFP.

#Virus Corona