Sabtu, 22 Agustus 2020 10:02

Kisah Ismail, Saksi Hidup Kejayaan Permandian Ompo hingga Kehilangan Daya Tariknya Kini

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kisah Ismail, Saksi Hidup Kejayaan Permandian Ompo hingga Kehilangan Daya Tariknya Kini

Dari upah yang tergolong kecil itu, Ismail berhasil menyekolahkan empat orang anaknya hingga akhirnya bekerja.

RAKYATKU.COM,SOPPENG - Kerutan di wajahnya terlihat jelas. Sebagian rambutnya mulai memutih.

Pria itu Ismail (53). Petugas kebersihan di permandian alam Ompo, Soppeng.

Dia petugas terlama yang masih bekerja di Ompo. Sudah lebih 37 tahun dia bekerja.

Baca Juga : Rangka Baja Jembatan Pacongkang Soppeng Sementara Produksi

Lahir tahun 1967, Ismail mulai bekerja di permandian Ompo sejak 1983. Saat itu usianya baru menginjak 16 tahun.

Awalnya, dia hanya digaji Rp75 ribu per bulan. Sekarang, dia mendapatkan upah Rp600 ribu per bulan.

Dari upah yang tergolong kecil itu, Ismail berhasil menyekolahkan empat orang anaknya hingga akhirnya bekerja.

Baca Juga : IAS Dorong Selle Jajal Pilkada Soppeng

"Satu kerja di Dinas Pertanian, satu di perusahan, dan dua di PDAM," tutur Ismail, Kamis (20/8/2020).

Ismail mengaku awalnya bekerja serabutan di pasar.

Hingga suatu hari dirinya mendapat tawaran untuk bekerja di permandian Ompo. Sebuah tawaran yang langsung diterimanya hari itu juga.

Baca Juga : Ikuti Hari Jadi Soppeng, Abdul Hayat Gani: Kami Instruksikan OPD Tak Potong Anggaran Infrastruktur

Bekerja di permandian Ompo mengharuskan Ismail bertugas tiap hari, bahkan di tanggal merah sekalipun. Pada hari libur itulah justru permandian Ompo kedatangan banyak pengunjung.

"Kita masuk tiap hari dengan dibagi dua shift, pagi sampai siang dan siang sampai sore," katanya.

"Pada hari Jumat permandian Ompo ditutup. Namun, kita tetap bekerja karena di hari itu jadwalnya untuk membersihkan kolam," ujar Ismail.

Baca Juga : Merangkai Puzzel Sejarah Klub Tertua di Soppeng; Pemainnya Pernah Lawan Maradona

Selama bertugas di permandian Ompo, Ismail menyebut sempat rehat sejenak dari pekerjaannya karena faktor kesehatan yang memburuk. Enam bulan dihabiskan untuk menjalani perawatan.

Selama menjalani perawatan, sempat terbersit keinginan Ismail untuk berhenti permanen dari pekerjaannya. Namun, karena panggilan hati dan kecintaannya pada tempatnya bekerja saat ini, Ismail mengabaikan keinginan itu.

"Pimpinan saat itu juga meminta agar saya tak berhenti dulu, karena tenaga saya masih dibutuhkan."

Baca Juga : Cerita Sedih di Balik Lima Makam Pahlawan Tak Dikenal di TMP Salotungo Soppeng

"Kalau memang saya mau berhenti, anak saya diharap bisa melanjutkan bekerja menggantikan saya, namun karena semua anak saya sudah bekerja, jadi tak bisa," tambahnya.

Sekarang di umurnya yang sudah melebihi setengah abad, Ismail tetap semangat menjalani rutinitasnya. Sesekali ia memang merasakan lelah, tapi itu sirna ketika kewajiban memanggilnya.

"Teman sesama petugas sering mengingatkan agar saya tidak terlalu memaksakan diri bekerja."

Baca Juga : Cerita Sedih di Balik Lima Makam Pahlawan Tak Dikenal di TMP Salotungo Soppeng

"Namun saya justru merasa aneh jika tidak melakukan rutinitas yang biasa dilakukan, tubuh rasanya jadi kaku," kata Ismail lagi.

Bertahun-tahun bekerja, Ismail menjadi saksi perkembangan permandian Ompo dari masa ke masa. Saat permandian Ompo masih jaya-jayanya hingga mulai kehilangan daya tariknya.

Pengunjung yang dulu membeludak pada hari biasa ataupun akhir pekan, kini pengunjung bisa dihitung dengan jari.

Baca Juga : Cerita Sedih di Balik Lima Makam Pahlawan Tak Dikenal di TMP Salotungo Soppeng

"Permandian Ompo saat ini sudah sangat berbeda," pungkas Ismail. (Idham/Rakyatku.com)

 

#permandian ompo #soppeng