Rabu, 24 Juni 2020 12:34

Pengakuan Dokter Positif Covid-19: Entah Berapa Pasien yang Saya Tulari

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi. (Foto: Kompas.com)
Ilustrasi. (Foto: Kompas.com)

Seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dari Inggris bernama Max, mengetahui dirinya telah terinfeksi Covid-19.

RAKYATKU.COM - Seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dari Inggris bernama Max, mengetahui dirinya telah terinfeksi Covid-19.

Beberapa bulan lalu, Max kehilangan indera perasa dan penciuman. Akan tetapi, kala itu gangguan tersebut tidak dianggap sebagai gejala-gejala resmi Covid-19.

Jadi karena Max tidak mengalami batuk atau demam, dia mengikuti aturan; kembali bekerja dan tidak diminta menjalani tes.

Pada periode itu, dokter berusia 27 tahun tersebut berkontak langsung dengan sekitar 100 pasien per pekan.

"Ini bukan salah siapa pun. Itulah yang terjadi jika ada penyakit baru yang tidak kita ketahui sepenuhnya, kita masih belum tahu sepenuhnya," kata Max dalam acara Newsbeat di BBC Radio 1.

"Saya merasa bersalah, saya masuk ke bangsal yang kami anggap bebas dari virus corona dan saya mungkin membawanya ke sana."

Max baru-baru ini menjalani tes antibodi. Hasilnya menunjukkan dia sudah terjangkit virus dan mendapat peningkatan kekebalan tubuh.

Sebagai bagian dari tugasnya, Max memberikan layanan kesehatan mental kepada pasien rumah sakit yang telah menjalani operasi atau menjalani perawatan di ruang intensif (ICU).

"Kami melayani banyak pasien Covid-19 dari perspektif kesehatan jiwa, khususnya setelah mereka keluar dari ICU, itu jelas pengalaman yang jelas," jelasnya.

"Saya tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya.

"Saya pikir kita semua kemungkinan kehilangan sedikit indera penciuman dan perasa ketika sakit, tetapi ini hilang sama sekali, saya bahkan tidak bisa mencium kopi atau merasakan bahan-bahan yang paling tajam sekalipun seperti cuka - sama sekali tidak."

Max berpendapat peraturan ketat tentang alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan dan baju dapat mencegahnya menularkan virus.

"Agak terlambat kita menggunakan APD untuk semua interaksi, dan masih juga belum digunakan di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit, kami tidak mengenakan masker."

"Saya pikir mengenakan APD untuk semua interaksi dengan pasien sejak awal akan lebih awal dan juga mengharuskan APD di ruang-ruang yang tidak memungkinkan menjaga jarak sepatutnya membantu mengurangi risiko," katanya.

"Jelas ini perasaan yang tidak mengenakkan jika kita menjadi orang pertama yang mungkin membawa virus masuk ke area tertentu atau bahkan membawanya ke rumah sakit.

"Saya tidak tahu pasti berapa pasien, jika memang ada, yang saya tulari, tetapi kemungkinan saya telah menularkan virus, mengkhawatirkan," paparnya.

Sumber: BBC Indonesia