RAKYATKU.COM - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memprediksi maskapai penerbangan internasional akan mencatat kerugian lebih dari $84 miliar pada tahun ini akibat pandemi virus corona alias Covid-19.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Alexandre de Juniac yang dilansir dari VOA Indonesia.
"Kerugian tahun ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah penerbangan, lebih dari $ 84 miliar pada tahun 2020 dan hampir $16 miliar pada tahun 2021," ujar Alexandre de Juniac pada Selasa (9/6).
De Juniac mengatakan, hasil penelitian IATA "menunjukkan, orang akan kembali terbang begitu tidak ada lagi pembatasan" dan maskapai harus siap sesuai pedoman kesehatan begitu ada permintaan lagi.
Ia menambahkan, sektor itu berharap rangkaian langkah keamanan, termasuk tes massal yang lebih efektif, akan "membuat pemerintah percaya diri untuk menghapus pembatasan dan karantina" karena "jika karantina diberlakukan, ekonomi praktis tetap dalam situasi lockdown untuk penerbangan."
Sementara itu, Pesawat yang terbang antara Singapura dan China pekan depan akan mengangkut penumpang-penumpang pertama dari ke dua negara itu sejak COVID-19.
Sebelum itu, penerbangan ke China menjadi masalah politik, karena negara itu mempermasalahkan tempat-tempat mulai dari Amerika sampai ke Vietnam yang membatalkan perjalanan akibat pandemi.
Penumpang harus disponsor oleh lembaga pemerintah atau perusahaan dan mulai Senin bisa mengajukan "jalur cepat" untuk perjalanan penting, menurut kementerian perdagangan dan kementerian luar negeri Singapura.
Kalau disetujui pelaku perjalanan itu dapat melakukan perjalanan antara China dan Singapura tanpa dikenakan karantina jika mereka dinyatakan tidak mengidap virus corona dan mematuhi aturan lain.
Penerbangan menjadi sumber masalah global akibat kekacauan yang timbul akibat COVID-19, khususnya dalam hubungan yang sudah tegang antara dua ekonomi terbesar dunia. Amerika, seperti umumnya negara lain, menangguhkan penerbangan dari China guna mengekang penyebaran virus. Ketegangan sempat meningkat bulan ini ketika kedua pihak saling membatasi penerbangan, namun mereda setelah kedua negara melonggarkan pembatasan yang direncanakan.