RAKYATKU.COM, ANKARA - Turki mulai menggunakan obat yang dikirim dari China untuk mengobati pasien virus corona.
"Dari pagi ini kami telah membawa obat khusus yang digunakan di China yang diklaim telah menghasilkan peningkatan pada pasien perawatan intensif, memagkas waktu mereka dalam perawatan dari 11-12 hari menjadi empat hari," kata Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, Selasa (24/03/2020).
Dia tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang obat tersebut. Tapi obat anti-malaria chloroquine baru-baru ini digunakan untuk mengobati pasien coronavirus di China dan juga Prancis.
Beberapa peneliti mengatakan chloroquine menunjukkan hasil signifikan, meskipun para ilmuwan telah sepakat bahwa diperlukan lebih banyak uji coba untuk menentukan apakah obat itu benar-benar efektif dan aman.
Menurut angka yang dirilis pada hari Senin, Turki secara resmi mencatat 1.529 kasus virus corona dan 37 kematian.
Koca mengatakan 50.000 alat deteksi cepat telah tiba dari Tiongkok pada 23 Maret dan mulai digunakan. 300.000 tambahan diharapkan akan tiba pada 26 Maret.
“Kami telah mengaktifkan alat tes cepat. Hari ini, 50.000 tiba dari Tiongkok. Pada [26 Maret], 300.000 kit tambahan akan datang, dan kami telah membuat pengaturan untuk menggunakan hingga satu juta kit,” katanya.
Menteri menambahkan bahwa pemerintah China setuju untuk berbagi informasi dengan Turki tentang virus corona, karena kedua negara meningkatkan kerja sama untuk memerangi pandemi.
“Dalam beberapa hari mendatang, kami akan mengumumkan jumlah kasus pemulihan setiap hari. Saya ingin mencatat bahwa kami memiliki sejumlah besar orang yang telah pulih,” kata Koca.
Lebih lanjut 32.000 pekerja kesehatan akan dipekerjakan selama krisis, katanya.
Koca juga mengatakan bahwa masker wajah yang diproduksi di Turki "tidak akan diekspor" karena negara itu membutuhkannya.
Dia juga mengatakan bahwa negara itu akan memproduksi respirator buatan dalam negeri secara besar-besaran.
“Kami memulai produksi massal perangkat [respirator] domestik,” kata Koca.