Kamis, 06 Februari 2020 08:58

Kerja Tanpa Henti untuk Perangi Coronavirus, Dokter Muda Meninggal Kena Serangan Jantung

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Dr. Song Yingjie
Dr. Song Yingjie

Seorang dokter berusia 27 tahun di Tiongkok meninggal karena serangan jantung mendadak, setelah berperang melawan virus corona di garis depan selama 10 hari.

RAKYATKU.COM, CHINA - Seorang dokter berusia 27 tahun di Tiongkok meninggal karena serangan jantung mendadak, setelah berperang melawan coronavirus di garis depan selama 10 hari berturut-turut.

Song Yingjie adalah pemimpin tim di sebuah klinik lokal di Provinsi Hunan, yang berbatasan dengan pusat wabah Hubei.

Dia bertugas memberikan pemeriksaan suhu kepada pengemudi dan penumpang di jalan tol. Dia dikabarkan telah bekerja tanpa henti sejak 25 Januari.

Dr. Song meninggal pada hari Senin (03/02/2020) dini hari, setelah kembali ke kamar asramanya.

Saudara perempuan Song, yang dua tahun lebih tua darinya, saat ini terdampar di Wuhan, kota yang telah dikarantina selama hampir dua minggu.

Dia mengatakan bahwa dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak meninggalkan Wuhan sebelum kota itu dukunci, dan pergi mendukung kakaknya selama masa sulit.

Dia menggambarkan saudaranya sebagai 'luar biasa' dan 'bijaksana' dan mengatakan dia tidak percaya dia telah meninggal. 

"Dia selalu membantu pekerjaan rumah di rumah dan dianggap sangat berhasil oleh bosnya," katanya kepada outlet berita lokal The Paper. 

"Kepergiannya benar-benar berita buruk bagi keluarga kami," tambahnya. 

Ayah Song, yang hancur, mengatakan pada The Paper, "Anak saya di Wuhan dan tidak bisa kembali. Ada di kuncian. Anda bertanya kepada saya apakah saya khawatir, tentu saja saya khawatir."

"Kemudian putra saya bekerja [sebagai tenaga medis] di jalan raya. Anda bertanya kepada saya apakah saya takut ... Sekarang dia meninggal, saya patah hati," kata pria yang dilanda kesedihan itu.

Pejabat setempat mengatakan mereka membantu keluarga Song untuk menangani kepergiannya.

Berita itu datang ketika para dokter nasional dipuji sebagai pahlawan karena bekerja siang dan malam untuk mengatasi epidemi yang telah menewaskan sedikitnya 493 orang.