RAKYATKU.COM, CHINA - Sambi menangis, Lu Yuejin berjuang untuk melewati pos pemeriksaan polisi di jembatan di atas sungai Yangtze, di provinsi Hubei, China.
Wanita berusia 50 tahun itu ingin mencari jalan keluar bagi putrinya yang menderita kanker, karena provinsi telah diblokir untuk mengendalikan wabah coronavirus.
Putri Lu, Hu Ping, yang berusia 26 tahun, menderita leukemia.
Dia harus segera menjalani kemoterapi putaran kedua. Namun dia Hu tidak dapat dirawat di rumah sakit di ibukota provinsi, karena kewalahan pasien corona.
"Putriku perlu pergi ke rumah sakit di Jiujiang," kata Lu kepada Reuters, di pos pemeriksaan. "Dia perlu dirawat. Tapi mereka tidak akan membiarkan kami lewat."
Putrinya duduk di tanah, dengan dibungkus selimut. Sementara Lu terus memohon kepada polisi, dengan berlinang air mata.
"Tolong, ambil putriku. Saya tidak perlu keluar ... tolong, biarkan putriku lewat," katanya kepada petugas.
Permohonannya hampir tenggelam oleh pengeras suara yang menginformasikan bahwa penduduk tidak akan diizinkan masuk ke Jiujiang, di sisi selatan Yangtze.
Jembatan sebagian besar telah ditutup sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus, yang telah menginfeksi 14.380 orang, dan menewaskan lebih dari 300.
"Yang ingin saya lakukan adalah menyelamatkan hidupnya," kata Lu kepada Reuters.
Sekitar satu jam setelah dia berbicara dengan Reuters di pos pemeriksaan, polisi mulai bergerak. Panggilan telepon dilakukan, ambulan dipanggil dan Lu akhirnya diizinkan masuk, bersama dengan putrinya.