Jumat, 24 Januari 2020 09:56

17 Orang Tewas, Ini Video Wanita Makan Sup Kelelawar yang Diduga Biang Virus Corona

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Cuplikan gambar video wanita China menyantap sup kelelawar di sebuah restoran di Wuhan. Makanan ini yang diduga berperan dalam penyebaran virus 2019 n-CoV, jenis baru dari virus corona. Foto/New York Post
Cuplikan gambar video wanita China menyantap sup kelelawar di sebuah restoran di Wuhan. Makanan ini yang diduga berperan dalam penyebaran virus 2019 n-CoV, jenis baru dari virus corona. Foto/New York Post

Jenis baru coronavirus atau virus corona, muncul di Wuhan, China, dan telah menewaskan 17 orang dan sudah menyebar ke berbagai negara. Muncul dugaan virus mematikan ini, disebarkan oleh sup kelelawar,

RAKYATKU.COM - Jenis baru coronavirus atau virus corona, muncul di Wuhan, China, dan telah menewaskan 17 orang dan sudah menyebar ke berbagai negara. Muncul dugaan virus mematikan ini, disebarkan oleh sup kelelawar, sebuah makanan populer di Wuhan.

Sebuah video menunjukkan seorang wanita China, menyantap sup kelelawar telah viral dan jadi pemberitaan media-media internasional. Sup itulah yang diduga berperan penting dalam mentransmisikan virus 2019-nCoV, jenis baru dari coronavirus atau virus corona.

Video itu menampilkan seorang wanita tak dikenal, di sebuah restoran yang dirahasiakan di Wuhan, memegang kelelawar buah dengan sumpit sambil menggigit sayapnya seperti layaknya menyantap daging ayam.

Seorang pria di latar belakang video mengatakan dalam bahasa Mandarin; “Makan dagingnya! (Jangan) makan kulitnya". "(Kamu) harus makan daging di punggungnya," kata pria tersebut.

Cuplikan video itu pertama kali di-posting pada hari Rabu oleh layanan berita Apple Daily, yang berbasis di Hong Kong sebelum beredar luar di Twitter.

Video lain di Twitter yang dibagikan blogger China, Chen Qiushi, yang memiliki 84.000 follower pada hari Rabu menggambarkan pengunjung yang berbahasa Kanton melahap bouillabaisse kelelawar di sebuah restoran kelas atas, dilansir dari sindonews.com.

Tulisan dalam bahasa Mandarin di video itu berbunyi; "(Setelah) mengalami masalah ini, dapatkah orang China berhenti makan satwa liar?".

Para ahli mengatakan kelelawar adalah salah satu pembawa epidemi coronavirus yang membinasakan warga China. Mengutip laporan Business Insider, Jumat (24/1/2020), penyakit mematikan dilaporkan berasal dari pasar makanan laut (seafood) Huanan di Wuhan yang menjual musang, ular, dan hewan eksotis ilegal lainnya yang telah terinfeksi oleh kelelawar.

Virus 2019-nCoV kemudian menyebar dari satwa liar yang tercemar ke manusia dan telah menewaskan 17 orang di China dalam waktu sebulan. Selain itu sekitar 600 orang lainnya terjangkit. Infeksi menjadi begitu merajalela sehingga pejabat China menghentikan semua perjalanan keluar dari Wuhan.

Sayangnya, status kelelawar yang dimuliakan sebagai obat tradisional akan membuat orang-orang di negara itu kemungkinan tidak akan berhenti memakan hewan tersebut dalam waktu dekat.

Di Indonesia, kelelawar juga dianggap sebagai obat asma yang populer. Menurut laporan Yin Yang House feses kelelawar juga diklaim dapat menyembuhkan segala sesuatu mulai dari penglihatan buruk hingga kekurangan gizi di kalangan kalangan medis China.

Kantor berita AFP melaporkan bahwa hewan-hewan liar berada di antara 112 barang yang dijajakan di pasar seafood Huanan di Wuhan. Selain kelelawar, satwa liar lainnya yang dijual di pasar itu adalah termasuk buaya, salamander raksasa, ular, landak, hingga daging unta. Sejak virus mewabah, pasar itu ditutup.

"Baru saja disembelih, dibekukan, dan dikirim ke pintu Anda," bunyi tulisan dalam daftar harga untuk vendor, Wild Game Animal Husbandry for the Masses.

Daftar yang mengganggu itu beredar luas di internet China, tetapi belum bisa dapat diverifikasi secara independen.

Pejabat kesehatan China percaya virus 2019-nCoV yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 17 orang dan membuat ratusan lainnya jatuh sakit berasal dari binatang liar di pasar makanan laut.

Sejak itu virus telah dikonfirmasi menyebar melalui kontak manusia-ke-manusia karena kekhawatiran meningkat bahwa itu bisa menjadi pandemi global.

Virus yang menyebabkan gejala mirip flu tersebut telah menyebar ke beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat, tempat satu kasus terdeteksi di negara bagian Washington.

Epidemi mematikan sebelumnya, seperti sindrom pernafasan akut parah (SARS) beberapa tahun lalu, telah dikaitkan dengan konsumsi daging musang China.