Minggu, 19 Januari 2020 23:01

2 Anak Terkena Gizi Buruk, Ini Penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Takalar

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Anak penderita gizi buruk di Kabupaten Takalar.
Anak penderita gizi buruk di Kabupaten Takalar.

Dua anak yang mengalami kurang gizi menjadi perhatian dan pendampingan khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar.

RAKYATKU.COM, TAKALAR - Dua anak yang mengalami kurang gizi menjadi perhatian dan pendampingan khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar.

Keduanya itu adalah Baitullah dan Rafa. Mereka dirawat di RSUD H Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar.

Kondisinya mengundang rasa iba. Perkembangan fisiknya tidak seperti pada anak seumurannya. Apalagi keluarga dari anak itu, tergolong kurang mampu.

Baitullah usianya 5 tahun. Tubuhnya kurus, terutama badan hingga kaki. Kepalanya terlihat tidak normal, karena lebih kecil dibanding anak usianya. 

Dia putra pasangan Kamba Tawang dan Tino Dg Nguji. Mereka warga Minasanta, Pa'lalakkang, Kecamatan Galesong, Takalar. 

Baitullah bahkan tidak bisa buang air kecil seharian hingga harus dirawat di RS Takalar sejak 17 Januari 2020 lalu. 

Sementara tubuh Rafa masih terlihat normal. Namun, balita berusia 16 bulan itu terkena gizi buruk. Rafa malas makan. Kondisi itu membuat Rafa dipasangkan selang nasogastrik (NGT) melalui hidungnya untuk membantu asupan nutrisi.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Takalar, Rahmawati mengatakan, sebelum dirawat di rumah sakit, kedua anak itu telah ditangani oleh Dinas Kesehatan melalui pendampingan oleh pengelola gizi di Puskesmas.

"Kami di bawah arahan Bapak Bupati (Syamsari Kitta) sudah melakukan intervensi dan diberikan pendampingan berupa edukasi, penyuluhan, dan pemberian makanan tambahan," ujar Rahmawati kepada Rakyatku.com, Minggu (19/1/2020).

Baitullah, kata perempuan yang akrab disapa dr Rahma, kondisinya sudah mengalami komplikasi. 
"Penyakitnya sudah masuk ke tingkat kronis. Karena semalam sudah ditransfusi oleh karena anemia, dengan HB di bawah 5.  Ibunya dalam kondisi Resti atau usianya di atas 40 tahun pada saat menghamilkan Baitullah. Pada waktu melahirkan ibunya di rujuk ke rumah sakit karena pre eklampsia. Umur 1 bulan, Baitullah di rujuk lagi ke rumah sakit karena demam tinggi dan kejang," jelasnya.

Di usia 5 bulan, kata dia, Baitullah didapati oleh petugas gizi di Puskesmas dengan kondisi tidak sesuai umur dan gizinya.

"Sejak itu pengelola gizi di PKM sdh mulai mengintervensi Baitullah. Dengan jalan mengunjungi langsung ke rumahnya, disertai pemberian edukasi dan makanan tambahan. Dan ditangani terus oleh Puskesmas sebelum dirujuk ke RS," bebernya.

"Terakhir ketika Baitullah kontrol di Puskesmas dengan kondisi air seninya sudah tidak bisa keluar. Awalnya ibunya tidak mau anaknya dirujuk. Tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa itu bisa berbahaya, barulah Baitullah mau dirujuk. Dengan melihat secara fisik dan diagnostik Baitullah ini, kemungkinan besar dia menderita cerebral palsy," bebernya.

Sementara kasus Rafa, kata dia, Pemkab Takalar sudah menangani dengan serius. Bahkan melalui kolaborasi Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan dibuatkan kartu KIS yang bersumber dari APBD Kabupaten Takalar. "Awalnya, Rafa dirawat terdaftar umum. Namun alhamdulillah saat ini sudah memiliki KIS," imbuhnya.

Rafa, lanjut Rahma, juga terkena komplikasi. Selama kurang lebih 10 hari dirawat di RS, Rafa terdeteksi terkena penyakit diare, pneumonia, marasmus, dan kurang gizi. Pihak RS pun tengah melakukan pengecekan untuk Tuberculosis (TB).

"Menurut orang tuanya, memang anaknya yang sulit untuk makan. Dan tidak mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan," akunya.

Lain lagi dengan Muhammad Azkha, bayi delapan bulan yang terlahir prematur. Dia lahir pada 3 Mei 2019. Dilahirkan di RS Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Saat masih berusia delapan bulan di dalam kandungan ibunya, bayi laki-laki itu terlahir cacat. 

Tanpa telapak tangan dan jari-jari di kedua tangannya. Dilahirkan dalam proses sesar, bayi Azkha divonis penyempitan lambung. Bayi mungil ini pun telah melakukan operasi penyempitan lambung di RS Awal Bros.

Azkha anak dari pasangan Supriadi dan Sinar warga Dusun Maccinibaji, Desa Pattopakang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar.

"Untuk anak Azkha itu mengalami kelainan kongenital (kelainan bawaan). (Kondisinya terlahir cacat) karena saat hamil, ibunya mengkonsumsi obat-obatan. Ibunya mengaku suka minum obat sakit gigi, tanpa tahu ada efeknya pada ibu hamil," ungkapnya.

Rahma pun menyampaikan apresiasinya atas bantuan dari Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman. Orang nomor dua di Sulsel itu pun menyalurkan bantuan kepada ketiga anak itu.

"Setiap orang tua mampu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya terutama di 1.000 hari pertama kelahiran. Karena di situlah masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan," kata Rahmah.
 
"Bila 1.000 hari pertama kelahiran anak mendapat gizi yang bagus melalui pemberian ASI eksklusif dan bantuan susu (formula) diharapkan anak-anak yang tumbuh selanjutnya akan meningkat pertumbuhan dan perkembangannya, yang berkaitan juga dengan kecerdasan otak anak."