Sabtu, 18 Januari 2020 07:00

Kisah Nyata Imigran Gelap di Inggris Tidur Setiap Malam selama 21 tahun di Bus

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Sunny. (Foto: Venetia Menzies)
Sunny. (Foto: Venetia Menzies)

Inilah kisah Sunny, seorang warga asal Nigeria, yang menjadikan bus malam sebagai tempat tidurnya selama dua dekade.

RAKYATKU.COM - Lebih dua dekade lalu, permohonan suaka Sunny ditolak pemerintah Inggris. Dia lalu menemukan tempat aman dengan tidur di bus tingkat di London setiap malam.

Jam operasional bus reguler di London adalah sampai tengah malam dan setelah itu yang beroperasi sampai pagi hari disebut bus malam.

Inilah kisah Sunny, seorang warga asal Nigeria, yang menjadikan bus malam sebagai tempat tidurnya selama dua dekade.

Sunny menunggu sampai bus benar-benar berhenti, lalu membiarkan para penumpang lain masuk lebih dahulu.

Sopir bus tersenyum ramah dan mengenalinya. Sunny membayar dengan kartu Oyster - kartu untuk segala moda transportasi di London. Seorang pengurus gereja membelikan kartu itu.

Dia duduk di tempat favoritnya di belakang, di geladak bawah bus tingkat. Bersiap untuk perjalanan jauh.

Dengan memeluk tas di perut, dia mulai memejamkan mata.

Setengah tertidur, Sunny melamun tentang masa mudanya di Nigeria.

Dia sempat merasakan dinginnya tembok penjara menunggu eksekusi mati karena menuntut demokrasi di negeri itu.

Namun suatu malam, keluarganya berhasil membeli kebebasannya dengan menebus ke petugas penjara. Mereka menerbangkannya ke London untuk mencari suaka.

Dia ingat saat itu dan mengatakan sangat gembira ketika mengajukan suaka - membayangkan membangun hidup baru di negara baru.

Permintaan suka ditolak
Saat itu, Sunny mengambil kursus pembuatan film dokumenter, memilih topik kehidupan tunawisma di London, tanpa menyangka dia akan menjadi salah satu dari mereka.

Namun permohonan suakanya ditolak. Pilihan Sunny tinggal dua: kembali ke Nigeria ditunggu hukuman mati, atau menjadi imigran gelap di Inggris.

Kini 21 tahun sesudahnya, Sunny sadar menjadi pengembara di bus malam di London lebih aman dan hangat daripada di jalanan.

Di siang hari Sunny menjadi sukarelawan di gereja. Selesai pekerjaan, dia ke perpustakaan di kawasan Westminster untuk mengikuti berita atau membaca buku.

Terkadang dia mendatangi manajer restoran meminta makanan sisa, dan hampir selalu diberi.

Mulai pukul 21.00 dia naik ke bus malam, bisa tiga atau empat bus untuk menghabiskan malamnya di London.

Dia biasa naik bus nomer N29 dari Trafalgar Square sampai Wood Green di London utara, namun kadang dia naik bus nomer 25 - yang beroperasi 24 jam. Di situ dia bisa tidur lebih lama.

Dengan rute dari pusat kota London ke Ilford di Essex, daerah luar kota, bus 25 bisa menempuh waktu dua jam. Kalau sopirnya baik, dia kadang dibolehkan tidur di dalam bus di terminal.

Barang-barang Sunny tidak banyak. Dengan tas jinjing saja di siang hari, dia berhasil menghindari stigma yang dilekatkan pada tunawisma, dengan barang bawaan yang begitu banyak.

Perlu waktu baginya untuk mempelajari taktik terbaik naik bus malam. Dia selalu menghindari konflik sebisa mungkin.

Sunny menyimpulkan, penumpang di lantai bawah bus biasanya orang-orang yang bertanggung jawab seperti keluarga atau orang tua yang tak bisa naik ke lantai atas bus.

Di bagian dekat sopir juga jarang sekali ada masalah.

Namun yang paling optimal di bangku belakang, karena kepalanya bisa bersandar nyaman, dan jarang ada gangguan dari penumpang lain.

Gangguan biasanya dari laju bus saat meluncur, lampu neon, kendaraan bising di malam hari atau dengungan suara mesin.

Dua jam bisa tidur nyenyak sudah merupakan prestasi besar.

Saat subuh - atau lapar, tergantung mana lebih dahulu- dia akan ke restoran cepat saji McDonald's.

Dia tak pernah mengemis, dan staf di McDonald's di Leicester Square di tengah London, biasanya memberinya makanan dan membolehkannya membersihkan diri dan bercukur di kamar mandi.

Para pelanggan lain juga sering berbaik hati kepadanya.

Terkadang dia ke McDonald's yang buka 24 jam di Haringey, London utara yang dilalui bus N29. Tak seperti di pusat kota London, di sana dia bisa tenang meletakkan kepala ke meja dan meneruskan tidur.

Saat Hari Natal, Sunny keluar dari rutinitas ini dan tidur di penampungan yang disediakan oleh gereja.

Dalam tujuh hari dia harus tidur bergilir dari satu gereja ke yang lain, yang tersebar di seluruh kota.

Maka setiap hari para 'zombie' ini berpindah mengejar jatah tempat tidur mereka, sebelum penampungan tutup.

Secara umum Sunny lebih suka bus daripada berbaring di lantai beton, berhimpit beradu bahu.

Sulit tidur ketika terhimpit aroma tembakau, campur alkohol, campur bau badan yang tak pernah mandi. Terkadang jeritan terdengar dari mereka yang mimpi buruk.

Dari bangku bus selama dua dekade, Sunny melihat perubahan wajah London.

Pelan-pelan, populasi orang kulit putih menurun proporsinya. Jumlah tunawisma meningkat.

Di mulai mahir mencocokkan aksen seseorang dengan daerah asal-usul mereka. Bahkan indera keenamnya berkembang untuk mengenali potensi masalah.

Mencium potensi masalah
Dia bisa kenali senyum remaja biang kerok, atau bibir mengerut milik orang yang rasis.

Dia tahu kalau ada kombinasi tertentu di dalam bus, pasti masalah bakal muncul.

Misalnya kalau ada suporter sepakbola yang mabuk berada di dalam satu bus dengan perempuan berjilbab.

Atau orang yang pakai speakerphone bersama dengan penglaju yang kecapekan.

Menyusul referendum Brexit tahun 2016, permusuhan terhadap imigran lebih terasa. "Pulang sana kamu!" jadi nyanyian yang rutin terdengar di bus malam.

Sunny tak menyalahkan pemerintah Inggris untuk kesulitan hidupnya. Jikalau negaranya tak buruk, ia tak akan ada di Inggris.

Tim bantuan hukum sebuah gereja di Leicester Square mengajukan lamaran menjadi penduduk tetap untuk Sunny.

Menjadi penduduk tetap setelah 20 tahun - minta bukti dari supir bus

Jika seseorang sudah tinggal di Inggris selama 20 tahun, mereka boleh menjadi penduduk tetap.

Kementrian Dalam Negeri meminta Sunny membuktikan diri bahwa ia tinggal di Inggris sejak tahun 1995 dengan dokumen seperti rekening listrik, laporan bank atau perjanjian kontrak rumah.

Namun sepanjang hidupnya, Sunny tak punya dokumen apapun, agar tak terdeteksi sebagai imigran gelap.

Lalu bagaimana caranya membuktikan diri dia ada di Inggris selama ini?

Akhirnya Sunny meminta sopir bus yang paling baik kepadanya untuk menulis pernyataan untuk mendukungnya.

Seorang dari mereka bersedia dan menyatakan bahwa Sunny adalah "penumpang tetap sepanjang malam" di busnya.

Gereja tempat ia bekerja sebagai sukarelawan juga menyediakan surat pernyataan sembari mencari-cari foto lama untuk membuktikan kehadiran Sunny pada sebuah kegiatan amal.

Sekarang Sunny terlibat dalam proyek fotografi untuk menceritakan kisah hidupnya.

Dengan kamera sekali pakai ia memotret kursi-kursi kosong di bus malam yang ditumpanginya.

Bukan sekadar bangku kosong, kini gambar itu adalah gambar yang ia ambil sebagai manusia bebas.

Di usia 55 tahun di tahun 2017, Sunny diberi status penduduk tetap Inggris.

Prosesnya butuh waktu setahun agar ia dapat hak penampungan, hak bekerja, hak untuk ada. Sunny sangat bersyukur.

Sunny sudah hampir sampai di tujuannya di pinggiran London. Ia masih belum terbiasa pergi dengan tujuan. Sampai kini ia kadang masih suka naik bus tanpa tujuan malam hari.

Itu masih jadi tempat yang akrab baginya.

Catatan: Sunny, bukan nama sebenarnya, bekerjasama dengan fotografer dan jurnalis Venetia Menzies untuk merekam ceritanya selama setahun. 

Sumber: BBC Indonesia