RAKYATKU.COM - Ustaz Ma'ruf Khozin mengatakan, dahulul Kyai Hasyim Muzadi sering menjelaskan lelaki yang pandai apabila dimarahi oleh istri, akan hilang kepandaiannya.
Lalu mengapa istri sampai marah kepada suami padahal tak jarang suaminya adalah orang yang terpandang, berpangkat, atau bahkan seorang kiai?
Ada satu maqalah dalam kitab Tasawuf Nuzhat Al-Majalis:
"Jika cinta sudah benar-benar terbukti, maka gugurlah etika."
Jika banyak perempuan kepada laki-laki tersebut menaruh hormat, setiap lewat di depannya pakai kata 'permisi', dan etika lainnya, maka hal itu tidak berlaku bagi istri. Sebab cinta dari istri sudah tidak diragukan lagi.
Dilansir website Laduni, bagaimanakah marah yang dicontohkan oleh istri Rasulullah saw?
Berikut penjelasannya:
Kata Aisyah bahwa Nabi Muhammad saw berkata kepadanya: "Aku tahu kapan kau senang kepadaku dan kapan kau marah padaku."
Saya bertanya: "Dari mana engkau tahu?"
Nabi menjawab: "Jika kau senang padaku maka kau akan berkata "Demi Tuhannya Muhammad". Jika kau marah maka kau berkata: "Demi Tuhannya Ibrahim."
Saya berkata: "Benar wahai Rasulullah. (Jika saya marah) saya hanya meninggalkan namamu". (HR Bukhari)
"Jadi marahnya istri yang sesuai sunah adalah cukup tidak menyebut nama suami. Jika istri sampai pergi meninggalkan rumah maka marah yang keluar dari sunah," terang Ustadz Ma'ruf Khozin.