Kamis, 16 Januari 2020 15:09

Ada Tujuan Utama Iran Terhadap Amerika di Irak, Selain Balas Dendam

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ada Tujuan Utama Iran Terhadap Amerika di Irak, Selain Balas Dendam

Iran telah berjanji membalas dendam atas kematian Qasem Soleimani, komandan tertinggi Pasukan Quds dan salah satu pemimpin militer paling terkemuka Iran. Dia terbunuh dalam serangan Amerika Serikat pa

RAKYATKU.COM - Iran telah berjanji membalas dendam atas kematian Qasem Soleimani, komandan tertinggi Pasukan Quds dan salah satu pemimpin militer paling terkemuka Iran. Dia terbunuh dalam serangan Amerika Serikat pada 3 Januari di Irak.

Iran telah menyerang dua pangkalan Amerika yang ditempatkan di Irak dalam menanggapi pembunuhan Soleimani, dengan tidak ada korban yang dikonfirmasi sejauh ini. Presiden AS Donald Trump dengan cepat mengabaikan pentingnya pembalasan Iran.

Namun, Pakar milisi Syiah dan Iran di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS) dan Pusat Ezri Universitas Haifa, Dr Yossi Mansharoff mengatakan serangan Iran tidak mengejutkan siapa pun. 

"Iran tidak cukup kuat untuk menangani Angkatan Darat AS dan karena itulah ia meluncurkan misilnya ke pangkalan-pangkalan Amerika," kata dia, dikutip dari Sputniknews, Kamis (16/1/2020). 

"Tapi itu adalah serangan kecil dan dapat diprediksi yang tidak menimbulkan korban dan karena itu Presiden AS Trump mungkin bahkan tidak ingin menanggapi itu, terutama mengingat fakta bahwa Washington sekarang menuju pemilihan."

[NEXT]

Yoni Ben-Menachem, seorang analis senior Timur Tengah setuju bahwa Republik Islam Iran tidak tertarik skala penuh dengan AS. Alih-alih ingin menguras tenaga Amerika, yang pada akhirnya mengarah pada penarikan mereka dari Irak, di mana Washington telah menempatkan sekitar 5.000 personil militer. 

"Iran berencana untuk menciptakan satu kesatuan dari semua milisi Syiahnya yang berbasis di Timur Tengah yang tujuannya akan membahayakan sasaran Amerika di kawasan itu. (Ini) berarti kita dapat menyaksikan penyergapan terhadap kendaraan militer AS, serangan terhadap kedutaan dan pangkalan mereka dan bahkan serangan bunuh diri," katanya.

Ketika personil militer Amerika mati, ahli percaya, Trump tidak akan punya pilihan selain menarik diri dari Irak. Namun, ini tidak akan terjadi secepat itu. Terutama karena langkah seperti itu bisa ditafsirkan oleh Iran sebagai kelemahan.

Trump telah menyatakan bahwa ia tidak berniat untuk menarik pasukannya dan telah memperingatkan Irak bahwa ia akan menghadapi sanksi keras jika itu mengikuti perintah Republik Islam.

"Namun di masa depan, kebijakan ini mungkin berubah dan Trump mungkin ingin menyebar pasukannya secara berbeda di wilayah tersebut untuk meminimalkan potensi serangan", kata Ben-Menachem.

[NEXT]

Namun begitu keluar, pakar dari Israel itu meyakini, kekosongan akan segera diisi oleh milisi Iran yang tidak hanya akan mengancam keamanan negara-negara Teluk. Tetapi juga akan menggunakan tanah Irak untuk mentransfer senjata mereka ke proxy mereka di Suriah dan Hizbullah di Libanon.

Israel menganggap Hizbullah ancaman bagi keamanan negara Yahudi karena milisi Syiah menawarkan sekitar 50.000 militan dan sekitar 150.000 roket.