Minggu, 05 Januari 2020 11:11

Dapat Kritikan Bertubi-tubi, Menteri Pendidikan Malaysia Mundur

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Maszlee Malik. (Foto: Bernama)
Maszlee Malik. (Foto: Bernama)

Dapat Kritikan Bertubi-tubi, Menteri Pendidikan Malaysia Mundur

RAKYATKU.COM - Menteri Pendidikan Malaysia, Maszlee Malik, mengundurkan diri. Kebijakannya yang mendapat kritik bertubi-tubi sejak ditunjuk Perdana Menteri Mahathir Mohamad, diduga jadi penyebab.

Dilansir ChannelNewsAsia, Minggu (5/1/2020), Malik mengaku telah memberi tahu niatnya untuk mundur kepada Mahathir. Pengunduran dirinya berlaku sejak Jumat (3/1/2020).

"Atas saran Dr Mahathir - yang merupakan figur ayah bagi saya, seorang pemimpin dan negarawan hebat - saya, Maszlee Malik, dengan hati yang tenang namun berat, mengembalikan posisi saya sebagai Menteri Pendidikan Malaysia ke perdana menteri," katanya.

Kebijakan anggota Partai Pribumi Bersatu Malaysia itu sejak menjabat banyak menuai kontroversi. Malik dikritik karena dianggap fokusnya mudah terpecah akibat berbagai masalah dan gagal menetapkan standar pendidikan. 

September 2018, Malik ditunjuk sebagai Presiden Universitas Islam Internasional Malaysia. Namun, dia mundur pada November setelah banyak penolakan dari mahasiswa dan politikus.

Malik juga dijuluki sebagai 'menteri sepatu' setelah dia mengumumkan siswa harus memakai 'sepatu hitam' daripada sepatu putih untuk menghindari mereka terlihat kotor. Selain itu, Malik juga mengusulkan kelas berenang untuk siswa di hotel dan mendorong cashless ekosistem di sekolah.

Dia mendapat kecaman pekan ini karena muncul di papan iklan kementerian, mendorong wartawan veteran A Kadir Jasin untuk berkomentar pemerintah tidak boleh 'menteri membangun kultus kepribadian'.

Dalam konferensi persnya pada Kamis (2/1/2020), menurut Malik kebijakannya yang dipermasalahkan adalah ketika dia menganjurkan para pelajar mempelajari naskah Jawi, dan program sarapan gratis di sekolah. Malik menganggap kebijakannya selama ini sudah cukup baik dan signifikan. 

"Kementerian pendidikan mendapat perhatian media, kelompok dan politisi tertentu bukan karena hasil dan pencapaian kami, dan bukan karena kontribusi kami kepada masyarakat yang memiliki makna signifikan. Sayangnya, ini tidak menjadi berita utama. (Melainkan) berita sensasional yang lebih berwarna. Masalah sensitif dimainkan dan menjadi prioritas," tutur Malik.