Selasa, 17 Desember 2019 11:54

Diam-diam, Dua Kakak Masukkan Bom ke Tas Jinjing Adik untuk Ledakkan Pesawat Etihad

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Khaled Khayat (tengah) saat ditangkap.
Khaled Khayat (tengah) saat ditangkap.

Juli 2017. Pesawat Etihad masih di garbarata Bandara Sydney. 400 penumpang tujuan Abu Dhabi, bersiap naik ke atas pesawat. Di antara penumpang, juga ada Amer Khayat.

RAKYATKU.COM, SYDNEY - Juli 2017. Pesawat Etihad masih di garbarata Bandara Sydney. 400 penumpang tujuan Abu Dhabi, bersiap naik ke atas pesawat. Di antara penumpang, juga ada Amer Khayat.

Dia diantar dua saudara laki-lakinya, Khaled Khayat (52) dan Mahmoud Khayat (34). Khaled meraih tas jinjing adiknya, Amer Khayat.

"Sini, saya bawakan tasnya," ujar Khaled. Amer memberikan.

Sengaja Amer melangkah belakangan. Dia menyelipkan penggiling daging berisi bom di dalam koper. Dia lalu menyerahkan ke Amer yang masuk melalui X-ray.

Amer lolos di pemindaian. Melenggang tanpa rasa bersalah ke badan pesawat. Dia tak tahu. Kopernya pun disimpan di atas bagasi.

Pilot sudah berada di dalam pesawat. Mesin pesawat sudah menyala. Sebentar lagi, pesawat akan bergerak ke landasan. Para penumpang sudah memasang sabuk pengaman.

Tiba-tiba, otorita bandara menghentikan. Pesawat kelebihan beban. Sebagian bagasi harus dikeluarkan. Saat kru memeriksa setiap bawaan penumpang, tiba-tiba, sebuah penggilingan daging terjatuh dari dalam koper. Di dalamnya ada benda mencurigakan.  Banyak lilitan kabel.

Penjinak bom dikerahkan. Ternyata benar. Itu bom. Amer Khayat dibekuk. Dia mengaku dua saudaranya sempat membawa koper itu. Khaled Khayat (52) dan Mahmoud Khayat (34) lalu diburu. 

Tiga bersaudara itu, adalah adik Tarek Khayat. Seorang simpatisan ISIS, yang juga berencana menyebar gas beracun di dalam pesawat. Itu manakala plot awal gagal.

Ketiganya digelandang. Ternyata, hasil penyelidikan mengungkap. Dua kakak Amer punya rencana keji. Meledakkan Etihad berpenumpang 400 orang itu di udara. Dengan mengorbankan adik lelakinya, Amer.

Rencana itu sudah disusun sejak Januari 2019. Akan direalisasikan Juli 2019. Namun, gagal. Tuhan menyelamatkan 400 orang di dalam pesawat.

Otak serangan adalah sang kakak. Tarek Khayat. Dia adalah pejuang ISIS.

Selasa, 17 Desember 2019. Palu hakim telah jatuh. Khaled Khayat dibui 40 tahun. Saudaranya, Mahmoud Khayat, 36 tahun.

Hakim Christine Adamson, menjatuhkan hukuman itu di Mahkamah Agung NSW.

Motivasi mereka dikatakan termasuk mendukung jihad kekerasan. Mereka dituduh mempersiapan konspirasi ini selama tujuh bulan.

Ketika rencana awal gagal, Khaled Khayat mengusulkan bahwa ia sendiri yang akan meledakkan bom bunuh diri itu.

"Pengendali mengatakan kepadanya untuk tidak melakukan itu, karena dia harus tinggal untuk kelanjutan pekerjaan di sini dan harus mencari orang lain," kata jaksa Lincoln Crowley QC kepada persidangan.

Plot kedua melibatkan gas beracun yang akan dibuat kakak laki-lakinya di rumahnya, mengikuti instruksi yang diberikan oleh pengontrol.

Ketika Khaled Khayat ditangkap, polisi menemukan selembar kertas di dompetnya. Ada tulisan kata-kata, angka, dan simbol Arab.

Makalah ini diperiksa oleh ahli kimia forensik dan juru bahasa Arab, ternyata salah satu sisi kertas itu adalah rumus persamaan kimia untuk gas beracun. Sisi lainnya, rincian lebih lanjut terkait dengan gas.

Dalam wawancara polisi selama tiga hari, Khaled Khayat berbicara bagaimana dia berjalan ke bandara dengan bom yang disembunyikan.

Dia bilang, ketika dia melihat anak-anak di bandara, dia berpikir "Jangan lakukan itu, jangan bodoh, jangan lakukan itu" dan mengeluarkan bom dari bagasi.

Tetapi pengacara, Richard Pontella, mengatakan kepada juri, bertentangan dengan apa yang dikatakan kliennya kepada polisi. Dia tidak pernah membawa bom ke bandara, dan benar-benar berusaha mencegah serangan teroris.

Pengacara Mahmoud Khayat, Bruce Warmsley QC mengatakan, Khaled Khayat telah mengaku ke polisi membawa bom ke bandara, untuk dimasukkan ke dalam koper Amer Khayat, adiknya.

Tetapi kliennya memberi tahu polisi, bahwa dia pergi ke bandara dengan dua saudara kandungnya, untuk mengantar salah satu dari mereka pergi.

"Dia tidak sadar salah satu saudara lelakinya, berniat untuk membunuh saudara laki-lakinya yang lain, dengan meletakkan bom di tas tangannya," kata Mr Warmsley.

Hakim Christine Adamson, akan mendengar pengajuan hukuman di kemudian hari.

Beberapa jam sebelum saudaranya dinyatakan bersalah di Sydney, Amer Khayat dibebaskan oleh pengadilan militer Libanon, lapor Reuters.

Dilaporkan kantor berita pemerintah Libanon NNA mengatakan, Amer Khayat akan meninggalkan penjara Roumieh, tempat dia menghabiskan dua tahun dan dua bulan, pada Kamis malam.

Pengadilan militer juga menghukum tiga saudara laki-laki Khayat lainnya - Khaled, Mahmoud dan Tareq - seumur hidup.