Catatan: Fusuy Nahbus
Empat tahun lebih. Kebersamaan Adnan-Kio, tetap langgeng. "Kemesraan" Bupati dan Wakil Bupati Gowa ini pun berbuah positif.
Di bawah pemerintahan Adnan-Kio, tingkat kepuasan masyarakat Gowa begitu tinggi; 80 persen lebih. Tidak itu saja. Capaian prestasi, begitu membanggakan. Pemkab Gowa telah membukukan 95 penghargaan. Apa rahasianya?
Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan baru saja menunaikan salat zuhur. Sebelumnya, putra kedua pasangan Ichsan Yasin Limpo (almarhum)-Novita Madonza Amu, ini menerima tamu. Seorang profesor. Di sebuah rumah makan. Tepatnya, di perbatasan Makassar-Gowa, Selasa (3/12/2019).
Usai salat, agenda Sang Bupati telah menanti. Sebuah acara kepemudaan. Acara itu digelar di salah satu kecamatan di Kabupaten Gowa.
Memanfaatkan waktu, Sang Bupati mengajak Rakyatku.com naik ke mobil Alphard DD 1 B. Di mobil berpelat merah itu, duduk Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan di sebelah kiri. Di depan, seorang ajudan dan sopir. Ada Direktur Rakyatku.com, Mulyadi "Ipung" Abdillah, dan saya. Sepanjang perjalanan, kami wawancara. Lebih tepat, berbincang santai. Ya, dengan Sang Bupati yang dahulu suka olahraga tinju ini.
Adnan memulai perbincangan dengan ungkapan rasa hormat kepada wakilnya; Abdul Rauf Malaganni Karaeng Kio. Ia menyebutnya, Pak Wabup. "Saya menghormati Pak Wabup (Karaeng Kio, Red). Selain senior saya, beliau juga memang pamong sejati," katanya, dengan ungkapan ikhlas.
Adnan pun mengungkap argumen memuji wakilnya itu. Sehingga, pemerintahan di Gowa berjalan begitu harmonis.
Kata Adnan, jangankan bertengkar. Berselisih kata saja dengan wakilnya, tak pernah.
Rahasia "Hidup" Rukun
Adnan pun menyampaikan "rahasia-nya". Itu dimulai saat mereka sepakat "berpaket".
"Saya berharap, tidak ada yang dilakukan tanpa saya ketahui. Pun tanpa persetujuan saya. Semua yang dilakukan, apapun itu --mau baik maupun buruk--, sampaikan. Dan jangan sekali-kali mau lakukan suatu hal yang saya tidak ketahui. Apalagi, itu cenderung untuk bisa menjerumuskan saya. Kapan itu saya ketahui (hal yang saya tidak ketahui lalu akhirnya ketahuan, Red) di situlah awal perpecahan," tegasnya.
Saat itu, kisah Adnan, Karaeng Kio menyatakan bersedia. "Saya akan loyal. Setia. Saya tahu diri. Dan, saya tidak akan melakukan sesuatu hal melampaui kewenangan saya," kata Adnan, menirukan pernyataan Sang Wabup. Adnan pun mengaku salut dengan wakilnya itu.
Adnan menambahkan, "Saya juga, setiap ada apa-apa, pasti sharing ke Pak Wabup. Mau lakukan apa saja, pasti bicara ke Pak Wabup."
Adnan mencontohkan, saat mutasi. "Tidak pernah saya tidak bicara sama Pak Wabup. Pasti saya bicara. Itu, satu. Kedua, dalam hal pemerintahan. Itu, kita bagi dua. Khusus internal, itu urusan Pak Wabup. Eksternal, itu urusan saya," urainya.
Pokoknya, lanjut Adnan, urusan internal itu urusan wakil bupati. Termasuk, kerajinan, kinerja, sampai perceraian ASN. Juga, urusan proyek. "Saya tidak mungkin ke situ (internal). Nanti, ada masalah, baru saya tanyakan ke Pak Wabup," tambahnya.
Nah, kata Adnan lagi, terkait eksternal, itu baru urusan Bupati Gowa. Seperti, mau dibawa ke mana Gowa, investor, dan lain-lain. Itu dibawahi langsung Adnan. Selanjutnya, semua proses itu tetap dikomunikasikan dengan Sang Wakil. Termasuk, Sang Wakil ikut mengawasi.
"Jadi, memang tidak ada yang membuat kita berselisih. Kapan masuk internal, saya bicarakan sama Pak Wabup. Ketika urusan eksternal, saya juga bicarakan dengan Pak Wabup. Terlebih lagi, kami melakukannya dengan niat tulus dan ikhlas. Tidak ada saling mencurigai. Jadi, selesai itu 'barang' (persoalan, Red)," katanya, sambil tertawa.
Resep Cegah Perselisihan
Disinggung soal tim sukses yang terkadang menjadi biang kerok perselisihan bupati dan wakilnya, Adnan memberi "resep".
"Kalau itu, kita bagi proporsional. Artinya, begini. Misalkan, kita kejar prestasi. Ada 18 camat. Berapa yang diusulkan Pak Wabup. Saya tunjuk juga berapa. Kalau Pak Wabup usulkan, saya lihat track recordnya. Misalkan, 18 kecamatan itu. Delapan yang diusulkan Pak Wabup. Saya tunjuk 10. Itu tidak ada masalah bagi saya. Tapi, kan, semua itu, ujung-unjungnya prestasi. Peningkatan kinerja, disiplin pegawai, kerja keras, yang ujung-ujungnya adalah membawa Gowa lebih maju. Jadi, begitu. Kita bagi saja. Karena, kita berdua, didasari niat tulus dan ikhlas tadi. Tidak saling mencurigai. Yang masalah kan, kalau kita saling curiga," urai Adnan diplomatis.
Lanjut Adnan, karena tidak ada pikiran begitu, kecurigaan, ya semua jalan. Santai saja. Sesuai target bersama. "Dan saya rasa nyaman. Makanya, saya dengan Pak Wabup tidak pernah berselisih," katanya.
Kendati demikian, niat Adnan yang ihklas, tulus, dan tanpa curiga kepada Sang Wakil, justru kadang memunculkan tanya. Terlebih lagi, Adnan yang sedang mengikuti kursus Lemhanas selama dua bulan jelang Pilkada Gowa.
"Ada yang tanya, mengapa berani sekali? Menjelang pilkada, pergi Lemhanas. Meninggalkan daerah dua bulan lebih. Saya jawab, kenapa takut? Itu kan, kalau kita curigai wakil kita bermain. Kalau saya kan, tidak ji. Jadi, bagi saya, aman-aman saja," katanya, sambil tersenyum.
Selanjutnya, Adnan terhenti. Ia kemudian sedikit serius. Dengan tegas, ia mengatakan, kebersamaan itu harus diawali dengan trust, kepercayaan. Hal itu, kata dia, pun dilakukan bersama wakilnya.
"Dari awal, kita membangun kepercayaan. Setelah kita membangun kepercayaan, baru kita melangkah membangun visi. Nah, ini yang kita mau capai. Setelah kita menangkan pilkada, baru menangkan pemerintahan. Semua itu demi masyarakat Gowa," katanya, dengan semangat.
"Sebelumnya, memang kita juga sudah sepakat. Bahwa kalau ada dua matahari kembar dalam satu tempat, itu tidak akan pernah langgeng. Tidak akan pernah bagus. Dan itu, (bersama Karaeng Kio, Red) kita sepakat. Sepakatnya, bahwa saya berdayakan wakil saya, dan wakil saya tidak melampaui kewenangannya. Di situ. Itu kuncinya," Adnan, menambahkan.
Disinggung kekompakan itu kemungkinan berkorelasi dengan tingkat kepuasan masyarakat sampai 80 persen, Adnan berucap, "Alhamdulillah."
Tanpa Matahari Kembar
Soal 'dua matahari', Adnan punya pengandaian. "Sama dalam rumah tangga. Kalau dua kepala rumah tangga, dipastikan rumah tangga itu tidak rukun. Tidak sakinah. Juga, tidak mawaddah. Dan, tidak warahmah. Kira-kira begitu," katanya, memberi contoh.
Adnan, menambahkan, seperti di Gowa. Secara bersama-sama dibangun kepercayaan. Juga, kebersamaan. Dalam bentuk teamwork.
"Makanya, seperti yang saya katakan kepada semua jajaran. Bahwa, tidak pernah terucap kata saya. Misalkan, ada prestasi kita dapatkan. Saya tidak pernah mengatakan, saya telah menerima prestasi ini. Di sambutan itu, saya sampaikan prestasi ini diraih Pemerintah Kabupaten Gowa. Mengapa? Karena, prestasi ini hasil kerja bersama. Tidak bisa diklaim sebagai kerja individu. Bupati, wakil bupati, atau siapa saja (tidak boleh mengklaim). Ini adalah prestasi bersama. Makanya, sampai sekarang kita hasilkan 95 penghargaan karena kebersamaan itu," jelasnya.
Adnan juga mengaku, selama Adnan-Kio memimpin Gowa, pasti ada yang puas. Pun sebaliknya; ada yang belum puas. Karena, sebagai manusia biasa, pasti ada kekurangan.
"Kita manusia biasa. Pasti banyak kekurangan. Kita bukan malaikat. Artinya, kita dikasih waktu lima tahun lalu bisa memperbaiki semuanya. Pasti, tidak. Butuh proses. Tapi, itu bisa dilakukan percepatan, jika internalnya kompak. Tidak saling curiga. Mengedepankan kekeluargaan. Juga, kebersamaan. Nah, semua itu pasti bisa dilakukan percepatan," katanya.
Makanya, kata Adnan lagi, sangat perlu dibangun kepercayaan itu. Juga, kebersamaan.
"Harapan saya ke depan, ini bisa dipertahankan. Terus jaga kekompakan. Karena, dengan kebersamaan, yang berat menjadi ringan. Yang jauh, pasti terasa dekat. Sehingga, kita bisa bekerja bersama untuk kemajuan Kabupaten Gowa. Juga, demi kesejahteraan masyarakat," harap Adnan.
Saat Rakyatku.com, menegaskan, apakah berarti 'kebersamaan' ini tetap dipertahankan? "Ya, itu menjadi kunci," ujar Adnan, sambil tertawa. Apakah itu, juga berarti; Adnan-Kio akan menjadi episode kedua? Wallahua'lam bissawab. Pembaca pun bisa berpendapat. (*)