RAKYATKU.COM,GOWA - Kuantitas umat Islam yang besar di Indonesia menjadi ironi. Data menunjukkan, pemahaman sebagian besar kaum muslimin masih sangat rendah.
"Penerapan nilai-nilai atau prinsip ajaran agama masih belum merata di tengah-tengah masyarakat," kata Sekretaris Kabupaten Gowa, Muchlis, Senin (25/11/2019).
"Mungkin kuantitas rumah ibadah semakin baik, namun yang menjadi masalah adalah tambahan jumlah jemaah yang memakmurkan atau yang datang beribadah ke masjid, tidak bertambah," lanjut Muchlis.
Tak hanya itu, data dari Kementerian Agama (Kemenag) menunjukkan, minat masyarakat untuk melakukan ibadah haji terus meningkat. Namun, kurang dari 20 persen dari jemaah yang berangkat setiap tahun, yang mahir membaca Alquran.
"Olehnya itu dengan adanya program satu penghafal Alquran atau hafiz pada setiap desa maupun kelurahan (SDSH) yang akan dicanangkan tahun 2020 akan membawa perubahan di Kabupaten Gowa," katanya.
Program ini akan dibagi dua yakni untuk usia muda dan para imam, dan guru agama. Kedua ini nantinya akan menjadi imam-iman di setiap masjid yang ada di Kabupaten Gowa.
Para santri akan dibiayai pemerintah hingga menjadi penghafal Alquran. Sumbernya dari dana desa dan kelurahan.
"Alumninya nanti kita sebar untuk menjadi imam masjid, imam tarawih, imam dusun dan lingkungan, juga akan menjadi pengajar pada sanggar pendidikan anak saleh. Kemudian nantinya bisa dikader menjadi pengajar pada sekolah tahfiz," ujar mantan kepala Bappeda Gowa itu di hadapan seluruh peserta temu keagamaan.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Gowa, Hj Emmy Pratiwi Lutfi mengatakan, pertemuan itu membahas program satu desa/kelurahan satu hafiz.
"Ini digelar sebagai upaya untuk membangun harmoni sosial yang saling mendukung antara pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, desa maupun masyarakat dengan cara menginventarisasi segala permasalahan yang ada utamanya di bidang keagamaan," katanya.